Sukses

LPEI Tawarkan Pembiayaan Ekspor Produk Pertahanan RI

Selama ini, LPEI turut mendukung pengembangan ekspor produk alutsista nasional khususnya pada sektor penunjang kepada sejumlah BUMN.

Liputan6.com, Jakarta Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank menawarkan fasilitas pembiayaan ekspor kepada beberapa perusahaan industri pertahanan nasional.

Direktur Pelaksana V LPEI Bonifacius Prasetyo mencoba menawarkan dukungan pembiayaan tersebut di tengah ajang Indo Defence 2018 yang tengah berlangsung di JIExpo, Jakarta.

Selama ini, LPEI turut mendukung pengembangan ekspor produk alutsista nasional khususnya pada sektor penunjang melalui pemberian fasilitas ekspor kepada sejumlah BUMN, di antaranya PT Pindad (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero), dan PT PAL Indonesia (Persero).

Produk ekspor meliputi pesawat terbang dan kapal angkut yang diekspor antara lain ke Senegal dan Nepal.

"LPEI menawarkan sejumlah skema pembiayaan sehingga acara ini akan menjadi wahana one stop solution bagi potential buyer," kata Bonifacius dalam keterangannya, Jumat (9/11/2018).

Salah satunya dengan skema Penugasan Khusus Ekspor (PKE) atau National Interest Account (NIA). Hal itu berdasarkan dasar hukum pendirian Indonesia Eximbank (UU Nomor 2/2009).

"Dalam hal ini, LPEI dapat melaksanakan penugasan khusus dari pemerintah untuk mendukung program ekspor nasional atas biaya pemerintah, melalui KMK No.787/KMK.08/2017," tegas dia.

Penugasan khusus ini adalah penugasan yang diberikan pemerintah kepada LPEI untuk menyediakan pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk transaksi atau proyek yang secara komersial sulit terlaksana, tetapi dianggap perlu oleh pemerintah untuk menunjang kebijakan atau program ekspor nasional.

Sementara itu, Subdirektorat Mitigasi Risiko Lembaga Keuangan dan Instrumen Mitigasi Risiko Kementerian Keuangan Fajar Hasri Ramadhana menambahkan, keberadaan NIA ini membuktikan pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan mendukung keberadaan industri pertahanan demi untuk meningkatkan kekuatan ketahanan Indonesia.

"Pameran kali ini diharapkan bisa mengeksplorasi potensi pasar baru bagi produk industri pertahanan nasional guna meningkatkan devisa negara dari kegiatan ekspor. Produk industri pertahanan Indonesia bisa lebih kompetitif di pasar jika didukung oleh fasilitas pembiayaan," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

PT PAL Ekspor 2 Kapal Militer ke Filipina pada 2018

PT Penataran Angkatan Laut (PT PAL) akan ekspor dua kapal militer ke Filipina pada 2018. Salah satu jenis kapal yang akan di ekspor adalah Landing Platform Dock (LPD) sepanjang 143 meter dengan harga sekitar USD 43 juta atau sekitar Rp 626,24 miliar (asumsi kurs Rp 14.563 per dolar AS). 

"(Harga) tergantung sebenarnya atas permintaan mereka, type seperti ini (LDP) misalnya sampai USD 43 juta USD, tapi terkait spesifikasi keinginan mereka itu (harga) bisa naik bisa turun," ujar Manager Humas PT PAL Bayu Witjaksono di JiExpo, Jakarta, Kamis (7/11).

Kapal jenis LDP ini memiliki banyak kelebihan antara lain kecepatan penuh (full load speed) sebesar 20 knots, kecepatan berlayar hingga 12 knots dan daya tahan dalam 12 knots selama 30 hari.

Kapal ini juga sempat digunakan untuk evakuasi jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 PK-LQP di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.

"Ini paling disukai, di samping dia sebagai support atau kapal pendukung untuk military dia juga bisa untuk kegiatan sosial, korban bencana alam. Kemarin juga produk PT PAL bisa membantu mencari korban JT 610, itu punya PT PAL. Memang kapal ini dilengkapi alat untuk mendeteksi," ujar dia.

Bayu mengatakan, sejauh ini kapal milik PT PAL cukup diminati oleh negara lain. Bahkan pemesanan kapal banyak yang datang dari Afrika, Timur Tengah dan Asia Tenggara.

"Alhamdulillah, untuk kapal kapal ini sampai ke Afrika, Timur Tengah, Asia Tenggara termasuk Brunei, Malaysia, Thailand. Itu tertarik sejenis ini (LDP)," tutur dia.

Meski demikian, kapal buatan Indonesia ini nampaknya masih sulit menembus pasar Eropa. Alasannya, teknologi milik Eropa jauh lebih mumpuni. Indonesia sendiri telah menggandeng Eropa untuk meningkatkan kualitas kapal buatan dalam negeri.

"Kalau Eropa kita kalah teknologi. Kita dengan negara negara Eropa itu kerangkanya adalah collaboration stategic, kerja sama untuk meningkatkan teknologi dalam negeri. Kalau kita membangun kapal kita tidak punya tehnologi lebih, maka kita akan gandeng mereka meningkatkan teknologi kita,” ujar dia.

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini