Sukses

Kata Pengamat soal Sanksi kepada Lion Air

Presiden Direktur Aviatory Indonesia, Ziva Narendra, menuturkan bila ada kelalaian dapat memakai hukum penerbangan tapi tunggu investigasi KNKT.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Direktur Aviatory Indonesia, Ziva Narendra, mengakui keputusan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk menunggu hasil investigasi KNKT sebelum menjatuhkan sanksi pada Lion Air sudah tepat.

"Sudah tepat, saya melihat tanggung jawab dari Lion Air, ini keadaan sangat tegang, yang paling penting proses recovery korban maupun data, baru kita proses data, ini yang dilakukan sudah benar sekali, dan lebih baik dari 10 tahun yang lalu," kata dia saat ditemui, di Jakarta, Rabu (7/11/2018).

Dia mengatakan untuk menarik kesimpulan dari sebuah kecelakaan pesawat terbang tentu butuh waktu. Sebelum menjatuhkan sanksi tentu diperlukan investigasi yang mendalam.

"Dalam kejadian Lion, kita sifatnya memitigasi risiko, tetap ada pembelajaran. Ini semua dalam beberapa bulan ke depan akan dirangkum dalam data konklusif," ujar dia.

Setelah proses investigasi selesai, kata Ziva, pemerintah akan dapat mengambil langkah yang tepat dalam menindaklanjuti kecelakaan, termasuk sanksi yang akan diberikan.

"Ketika pun ada kelalaian mau pakai hukum penerbangan atau pidana, kalau prosedur tentu hukum penerbangan. Hasil konklusi dari accident harus diumumkan KNKT dan dipublikasikan dan ditentukan ranah pidana atau bukan, jadi kita tidak terburu buru," ujar dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Boeing dan FAA Akan Keluarkan Imbauan Keselamatan Terkait Kecelakaan Lion Air

Sebelumnya, pesawat Boeing 737 MAX 8 yang diterbangkan maskapai Lion Air celaka di Teluk Karawang pada Senin, 29 Oktober 2018. Sebanyak 189 orang di dalamnya, penumpang maupun awak, dinyatakan meninggal dunia.

Merespons kejadian tersebut, produsen pesawat, Boeing, bersama otoritas penerbangan Amerika Serikat atau Federal Aviation Administration akan mengeluarkan imbauan keselamatan terkait kemungkinan perangkat lunak pengendali penerbangan (flight-control software) yang dapat membingungkan pilot.

Kondisi itu juga bisa mengarah pada penurunan curam pada model pesawat terdampak.

Seperti dikutip dari The Wall Street Journal, Rabu 7 November 2018, sejumlah sumber menyebut, langkah tersebut adalah indikasi pertama yang terkuak para investigator menduga, ada kemungkinan terjadi malfungsi sementara pada perangkat lunak atau misinterpretasi dari sisi pilot--yang terkait sistem penting yang mengukur seberapa tinggi atau rendah hidung pesawat saat terbang--yang mungkin memainkan peran penting dalam kronologi peristiwa yang menyebabkan Boeing 737 MAX 8 terjun ke Laut Jawa.

Data yang salah tentang sudut (angle) pesawat bisa mengarah pada serangkaian peringatan atau sinyal warning yang bisa salah diinterpretasikan oleh pilot saat terbang secara manual, bahkan tatkala sistem keamanan secara otomatis menyesuaikan flight-control surfaces atau bagian dari pesawat terbang yang berfungsi untuk mengontrol gerakan atau sikap (attitude)pesawat terbang tersebut.

Tindakan antisipasi yang dilakukan Boeing dan U.S. Federal Aviation Administration adalah aksi pendahuluan, demikian menurut para sumber.

Langkah berikutnya adalah menghentikan sementara, mewajibkan penggantian atau pemeriksaan sistem onboard tertentu.

Di sisi lain, itu adalah "bendera merah" atau peringatan bahaya bagi pilot, karena menggarisbawahi potensi bahaya yang berasal dari interaksi perangkat lunak tertentu dengan berbagai sistem peringatan kokpit lainnya. Penerbang diingatkan untuk mengikuti prosedur yang digariskan.

Para awak Lion Air Penerbangan JT 610 kembali ke penerbangan manual setelah menjumpai indikasi kecepatan (airspeed indications) yang tak bisa diandalkan, sesaat setelah lepas landas dari Jakarta, dalam cuaca cerah, demikian menurut bukti awal yang dikumpulkan para penyelidik.

Beberapa menit setelah pilot menginformasikan situasi yang dihadapi ke pengendali lalu lintas udara, dan secara bertahap menyesuaikan ketinggian sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi masalah, jet bermesin ganda itu terjun ke air dengan kecepatan tinggi.

Harus dicatat, meski ditemukan kemungkinan masalah pada software, peringatan tak secara eksplisit mengaitkan sistem tersebut dengan kecelakaan pada 29 Oktober 2018. Masih ada faktor-faktor lain yang harus diselidiki untuk menyimpulkan penyebab pasti kecelakaan Lion Air.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.