Sukses

Mentan Sebut Impor Jagung untuk Cadangan Bulog

Menteri Pertanian Amran Sulaiman buka suara soal ramainya pemberitaan mengenai impor jagung yang dilakukan pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian Amran Sulaiman buka suara soal ramainya pemberitaan mengenai impor jagung yang dilakukan pemerintah. Dia kembali menekankan, impor jagung sebesar 50 ribu ton ini diinisiasi sebagai stok cadangan yang akan dipegang Perum Bulog.

Dia pun membuat perhitungan, terkait Indonesia yang dulunya bertindak sebagai importir, dan kini sudah bisa mengekspor jagung untuk pakan ternak 370 ribu ton.

"Kata kunci kalau soal jagung, kami sudah stop impor 3,6 juta (ton). Kita sudah ekspor 370 ribu (ton). Berarti kurang lebih kan 4 juta ton. Bulog mau melakukan itu kan untuk cadangan," jelas dia di kantornya, Jakarta, Selasa (6/11/2018).

Pernyataan terkait RI yang dulu sempat impor jagung 3,6 juta ton berulang kali pernah dilontarkan oleh beberapa pihak, termasuk Presiden Joko Widodo pada tahun lalu.

Selain itu, ia juga mengabarkan, angka ekspor jagung pemerintah saat ini telah bertambah menjadi 380 ribu ton. "Kita dulu impor 3,6 juta dengan nilai Rp 10 triliun. Sekarang kita ekspor, minggu lalu 370 ribu ton sekarang 380 ribu ton. Hebat kan, dari impor menjadi ekspor," ungkapnya.

Lebih lanjut, dia turut menyoroti anomali, dimana penyerapan jagung impor itu dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar yang tidak mendatangkan gandum untuk pakan ternak, tapi malah petani kecil yang berteriak.

"Jatahnya kita keluarkan 200 ribu ton. Akhirnya petani kecil berteriak. Yang perusahaan besar kan diam," keluhnya.

"Poin penting adalah kita stop impor 3,6 juta dengan nilai Rp 10 triliun, dan ekspor 380 ribu ton. Ini baru mau impor 50 ribu oleh Bulog, itu pun pemerintah, bukan dilepaskan. Kalau nanti harga turun tidak mungkin dikeluarkan, enggak boleh. Sebagai alat kontrol saja. Cantik kan," dia menambahkan.

Saat ditanya, kenapa Bulog tidak mengambil jatah produk jagung dari dalam negeri saja untuk kebutuhan 50 ribu ton itu, ia menyerahkan wewenang tersebut kepada Perum Bulog.

"Kecil sekali memang (impor jagung 50 ribu ton), saya sih berharap begitu. Terserah. Bulog boleh juga. Tapi intinya jangan sampai petani kecil berteriak. Datanya sudah saya cek," pungkas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

RI Dinilai Tak Harus Impor Jagung

Sebelumnya, data produksi komoditas jagung di Indonesia diharapkan tidak menjadi isu yang dimanfaatkan segelitir kelompor untuk kepentingan tertentu sehingga berujung alasan harus impor.

Kendati data produksi jagung nasional memerlukan keselarasan antara yang dirilis Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Pusat Statistik (BPS), namun kepentingan nasional yang tidak mengandalkan impor harus menjadi prioritas.

"Dewan Jagung Nasional (DJN) sudah bilang bahwa kita tidak perlu mengimpor benih jagung karena produsen dalam negeri mampu memenuhinya," ujar Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bahlil Lahadalia di Jakarta, Jumat (2/11/2018).

Saat ini mengenai jumlah produksi jagung di Indonesia mengalami keberhasilan sebab adanya peningkatan. Meskipun produksinya membutuhkan biaya besar, namun itu perlu dicermati dari aspek agar kualitas komoditas jagung Indonesia tidak kalah saing dengan impor.

 

 

 

"Tentunya jagung-jagung kita kan harus bersaing dengan jagung impor," ucap Bahlil.

Menurut Bahlil, kondisi saat ini yang dinilai cukup baik ketersediaan produksi komoditas jagungdi pasaran disebabkan kebijakan positif pembagian dan sertifikasi untuk para petani.

Tekait peningkatan produksi jagung yang cukup baik, Bahlil setuju jika orientasi yang dibangun adalah ekspor. Jagung dianggap sebagai salah satu komoditas pertanian yang penting untuk ikut menopang ekspor nasional.

Penguatan kualitas komoditas jagung nasional harus dilakukan sehingga mampu berdaya saing dengan produksi negara lain. Sehingga Indonesia tak terus "digoreng" isu impor jagung dengan berbagai alasan.

"Kita sepakat. Produksi jagung kita harus ekspor. Yang harus kita benahi adalah bagaimana supaya produksi jagung kita efisien," kata Bahlil.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.