Sukses

Bos SKK Migas: Pakai Gas Alam Cair Ciptakan Lapangan Kerja

SKK Migas menyayangkan pemakaian domestik gas alam cair yang belum maksimal.

Liputan6.com, Jakarta - Pemanfaatan produksi gas alam cair atau Liquified Natural Gas (LNG) diyakini bisa mengembangkan suatu lahan bisnis yang berdampak pada terciptanya lapangan kerja baru hingga penurunan harga sembako.

Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, berharap pihaknya bisa mengajak para pelaku usaha untuk membuat sektor bisnis baru lewat pemanfaatan LNG.

"Create bisnis ini penting, karena ada satu yang penting, bagaimana harga sembako bisa turun. Terus kedua, kalau kita bisa bersama create bisnis ini sampai ke retail, lowongan kerja banyak," ucap dia di Jakarta, Kamis (1/11/2018).

Namun begitu, ia menyayangkan pemakaian domestik gas alam cair yang belum maksimal. Amien menyebutkan, kegiatan regasifikasi pertama di Indonesia baru ada pada 2012.

"Sampai sekarang ada 4 fasilitas regasifikasi. Itu ada di Arun (Aceh), FSRU (Floating Storage & Regasification Unit) Lampung, FSRU Jawa Barat, dan FSRU Tanjung Benoa (Bali). Tapi ini fasilitas regas besar-besar," sebutnya.

Dia menambahkan, kebutuhan LNG dalam negeri saat ini sudah diatasi 3 Metric Tonnes Per Annum (MTPA), tapi 90 persen energi domestik masih untuk sektor kelistrikan.

"LNG ini identik dengan pasokan besar menggunakan pasar besar, konsumennya juga besar. Padahal LNG bisa dipakai untuk skala kecil," sambungnya.

Dia menuturkan, distribusi gas alam cair bukan hanya bersumber dari Kilang di Bontang, Kalimantan Timur saja. Dia berharap, teknologi liquified gas skala kecil bisa berasal dari lapangan-lapangan marginal.

Jadi, sektor usaha kecil dan menengah bisa ikut memanfaatkan produksinya. "Kayak misal Hotel Hilton Bandung dan Balikpapan Mall juga sudah gunakan LNG. Itu diharapkan bisa ditiru yang lain," ujar dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemanfaatan Gas Alam Cair Domestik

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus mendorong agar pelaku usaha domestik turut memanfaatkan produksi gas alam cari (liquified natural gas/LNG) dalam negeri.

Misi ini bisa tercapai jika kendala infrastruktur terkait pengiriman gas dari hulu ke hilir dapat teratasi. Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, mengatakan pihaknya tertantang memanfaatkan produksi LNG Indonesia untuk dipakai secara domestik dibanding diekspor ke luar negeri. 

"Mengapa kondisi itu terjadi? Waktu itu kita jadi eksportir terbesar lng di dunia, tapi pemakaiannya di domestik tidak ada. Sekarang ada tapi masih minim," ungkap dia di Workshop Distribusi dan Pemanfaatan LNG Skala Kecil di City Plaza, Jakarta, Kamis 1 November 2018.

Dia menceritakan, sejak 1977 Indonesia sudah banyak mengekspor gas alam cair produksi Kilang Badak di Bontang, Kalimantan, ke Jepang. Namun, lanjutnya, pemakaian LNG di lingkup lokal masih sedikit sekali.

"Baru pada 2012 kargo pertama untuk domestik dikirim dari Bontang ke FSRU (Floating Storage & Regasification Unit) Jawa Barat. Artinya lama sekali kita baru bisa nikmati gas alam," imbuhnya.

Ia menuturkan, tren kenaikan kebutuhan gas bumi baru tumbuh pada periode 2000, terutama saat 2005 ketika harga minyak naik dan menjadi diatas 100 dolar per barel pada 2008.

"Seiring dengan itu, kebutuhan gas pipa jadi membesar. Bahkan 2013 pemanfaatan domestik lebih besar dari ekspor. Sekarang pemanfaatan domestik sekitar 60 persen," ujar dia.

Akan tetapi, ia menelusuri infrastruktur jadi kendala penyaluran LNG, khususnya dari Bontang menuju kawasan Indonesia bagian barat semisal Pulau Sumatera dan Jawa.

"Infrastruktur yang saya amati transportasi pakai kapal atau kontainer LNG, kok kayanya galangan kapal kita ga pernah buat kapal LNG. Berarti ada yang kita lupakan. 2015 kami diskusi dengan galangan kapal, dan sebenarnya teknologi mudah galangan kapal siap. Tapi yang saya heran sampai sekarang enggak ada yang bikin," tutur dia.

Oleh karena itu, ia coba mengajak pelaku usaha untuk berdiskusi bersama terkait pemanfaatan gas alam cair untuk sektor industri, sehingga bisa meningkatkan pemakaiannya di dalam negeri.

"Makanya saya mikir, coba kita diskusi. Kita lihat end to end supply chance, barangkali bisa saling nyambung antara konsumer, retailer, dan lain-lain. Jadi diharapkan kita bisa create bisnis bersama," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.