Sukses

Tersandung Kasus Suap Proyek Meikarta, Saham Grup Lippo Tertekan

Kasus dugaan suap izin proyek pembangunan Meikarta berimbas terhadap pergerakan saham emiten properti grup Lippo.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus dugaan suap izin proyek pembangunan proyek Meikarta berimbas terhadap sejumlah saham grup Lippo. Hal itu terutama terhadap pergerakan saham grup Lippo yang bergerak di sektor properti selama periode 15-18 Oktober 2018.

Berdasarkan data RTI, seperti ditulis Jumat (19/10/2018),saham PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) ditutup stagnan ke posisi Rp 1.330 per saham pada perdagangan saham 18 Oktober 2018. Namun, saham PT Lippo Cikarang Tbk cenderung tertekan selama sepekan ini periode 15-18 Oktober 2018. Apalagi usai mencuatnya kasus dugaan suap izin proyek Meikarta.

Selama periode 15-18 Oktober 2018, saham PT Lippo Cikarang Tbk tertekan 18,15 persen ke posisi Rp 1.330 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 5.794 kali dengan nilai transaksi Rp 27,2 miliar.

Sementara itu, saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) merosot 8,05 persen ke posisi Rp 274 per saham . Sepanjang periode 15-18 Oktober 2018, saham LPKR sempat berada di posisi tertinggi Rp 308 per saham dan terendah Rp 256 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sebanyak 5.003 kali dengan nilai transaksi Rp 176 miliar.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, saham PT Lippo Cikarang Tbk cenderung tertekan sejak Juni 2015. Hal tersebut didorong dari kinerja fundamental. Berdasarkan laporan keuangan perseroan kuartal I 2018, tercatat laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 66,71 persen dari Rp 214,63 miliar pada kuartal I 2017 menjadi Rp 71,4 miliar.

Selain itu, pendapatan merosot 28,55 persen dari posisi Rp 447,36 miliar pada kuartal I 2017 menjadi Rp 319,63 miliar pada kuartal I 2018. Kini dengan ada kasus dugaan suap terhadap proyek Meikarta menambah tekanan terhadap saham LPCK.

Seperti diketahui, proyek Meikarta merupakan proyek perusahaan properti PT Lippo Cikarang Tbk dan PT Lippo Karawaci Tbk. Proyek tersebut dikerjakan PT Mahkota Sentosa Utama yang merupakan anak usaha PT Lippo Cikarang Tbk.

Nafan menilai, pelaku pasar cenderung wait and see dengan ada kasus dugaan suap terhadap proyek Meikarta. Hal tersebut menekan laju saham emiten properti grup Lippo.

"Tren (saham Lippo Karawaci dan Cikarang) masih belum menunjukkan tanda-tanda positif. Pelaku pasar wait and see. Kinerja fundamental turun lebih kepada kasus Meikarta on progress sebelumnya. OTT dan pengeledahan oleh KPK,” ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menuturkan, pelaku pasar ingin kepastian hukum terkait kasus dugaan suap proyek Meikarta. Hal itu terkait bagaimana dengan kelanjutan proyek Meikarta ke depan.

Nafan menuturkan, proyek Meikarta juga mempengaruhi pra penjualan properti perseroan."Kalau proyek dilanjutkan secara psikologis bisa jadi sentimen positif. Namun itu lihat keputusan nanti. Di sisi lain supremasi hukum juga harus ditegakkan," ujar dia.

Oleh karena itu, meski saham properti grup Lippo ini tersandung kasus suap, Nafan masih merekomendasikan hold saham Lippo Cikarang dan Lippo Karawaci.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Koreksi Saham Grup Lippo

Koreksi terhadap saham grup Lippo pun masih berlanjut usai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) geledah rumah CEO grup Lippo James Riady.

Pada perdagangan saham Kamis 18 Oktober 2018, sebagian besar saham grup Lippo terkoreksi. Adapun saham-saham grup Lippo yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdiri dari berbagai sektor mulai dari properti, keuangan, layanan kesehatan, teknologi, ritel dan arsip.

Sejumlah saham grup Lippo yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara lain PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD).

Kemudian PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF). Selanjutnya PT Multipolar Tbk (MLPL), PT First Media Tbk (KLBV), PT Link Net Tbk (LINK), PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk (MFMI), dan PT Multipolar Technology Tbk (MLPL).

Selain itu, PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU), PT Star Pacific Tbk (LPLI), PT Lippo Securities Tbk (LPPS), dan PT Lippo General Insurance Tbk (LPGI).  Selanjutnya PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).

Berdasarkan data RTI, seperti ditulis Jumat (19/10/2018), saham-saham grup Lippo terkoreksi antara lain saham PT Multipolar Tbk (MLPL) alami penurunan terbesar dengan susut 6,82 persen ke posisi Rp 82 per saham pada perdagangan saham Kamis 18 Oktober 2018.

Diikuti saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yang merosot 4,86 persen ke posisi Rp 274 per saham dengan nilai transaksi Rp 20,9 miliar.

Selain itu, saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) tergelincir 4,07 persen ke posisi Rp 5.900 per saham dengan nilai transaksi Rp 37,8 miliar. Saham MPPA koreksi 3,95 persen. Disusul saham KLBV terpangkas 2,56 persen.

Saham SILO susut 1,61 persen ke posisi Rp 2.440 per saham. Saham MFMI tergelincir 1,69 persen ke posisi Rp 875 per saham. Sedangkan saham grup Lippo yang menguat saham LINK yang menguat terbatas 0,70 persen ke posisi Rp 4.300.

Sedangkan saham Lippo yang stagnan yaitu saham LPCK yang berada di posisi Rp 1.330 per saham pada perdagangan saham 18 Oktober 2018.

Bila dilihat sepanjang tahun berjalan 2018, saham grup Lippo cenderung tertekan. Lihat saja saham SILO terpangkas 74,52 persen. Kemudian disusul saham MPPA melemah 62,39 persen, dan saham LPCK susut 57,64 persen.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.