Sukses

RI Belum Butuh PLTN hingga 2050

Jika terjadi kecelakaan di PLTN akan menyebabkan kelumpuhan ekonomi dan berpotensi kebangkrutan negara.

Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan nuklir sebagai energi primer Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dinilai belum menjadi prioritas. Banyak pertimbangan yang harus dilakukan pemerintah agar proyek ini tidak menimbulkan dampak lingkungan dan risiko kecelakaan serta besarnya biaya rehabilitasi jika terjadi kecelakaan.

Pengamat dan praktisi energi, Herman Darnell mengatakan, hasil studi dan analisis yang dilakukan, Indonesia dinilai belum perlu membangun PLTN hingga 2050 untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.

Menurut dia, ada beberapa alasan PLTN belum perlu dibangun. Pertama, biaya investasi yang sangat mahal. Sementara saat ini, Indonesia masih bergantung pada utang untuk memenuhi pembangunan infrastruktur, termasuk di ketenagalistrikan.

“Kedua, biaya listrik yang dihasilkan PLTN lebih mahal listrik produksi PLTU atau PLTGU (gas),” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (19/10/2018).

Alasan ketiga, kata Herman, masih banyak sumber energi di Indonesia yang bisa dimanfaatkan dengan maksimal seperti gas dan panas bumi. Menurutnya, saat ini pemanfaatan kedua sumber energi tersebut belum maksimal.

Yang keempat, Indonesia terletak di Ring of Fire yang rawan terjadi bencana alam, sehingga penggunaan PLTN berisiko tinggi.

“Terakhir, kalau terjadi kecelakaan akan menyebabkan kelumpuhan ekonomi dan berpotensi kebangkrutan negara,” ungkap dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berisiko

Sementara itu, mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, menambahkan, pembangunan PLTN seperti yang rencananya dibangun di kawasan Gunung Muria cukup berisiko. Sebab, kemungkinan terjadinya letusan di Gunung Muria cukup besar.

“Berdasarkan data kita tahun 2006, dalam 200 tahun, Gunung Muria berpotensi meletus, kemungkinannya sebesar 0,4 persen,” ungkap dia.

Tidak hanya gunung api, pembangunan PLTN di Indonesia, lanjut dia, juga masih harus memikirkan kendala bencana alam lainnya seperti gempa, tsunami, banjir, dan longsor.

Apalagi, kata Surono, jumlah lempeng tektonik aktif di Indonesia cukup banyak yang menyebabkan wilayah di sekitar Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi besar potensinya terjadi gempa.

“Kalau paksakan ingin bangun PLTN, yang paling aman dari bencana geologi mungkin di Kalimantan. Di sana hanya ada banjir, tapi tetap ada potensi gempa dari daerah sekitarnya,” tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.