Sukses

Donald Trump Tagih Uang Keamanan dari Arab Saudi

Trump menyebut AS telah melindungi Saudi selama bertahun-tahun. Ia pun meminta bayaran atas pengeluaran negaranya untuk Saudi.

Liputan6.com, Washington D.C. - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump angkat bicara soal hubungan negaranya dengan Arab Saudi. Trump menegaskan meski hubungan kedua negara berjalan baik, tetapi AS tidak ingin terus rugi.

Dalam wawancara dengan Fox News Channel, Presiden Trump mengatakan Arab Saudi adalah negara yang sangat kaya. Namun, selama bertahun-tahun negara itu bergantung pada militer AS. 

Trump pun berkata bahwa tak akan ada Arab Saudi jika tak ada AS. Sebab, kata Trump, anggaran miliaran dolar telah dikeluarkan AS demi melindungi Saudi. Ia pun menagih bayaran atas pengeluaran tersebut.

"Saya bilang mereka luar biasa. Mereka harus bayar militer mereka. Kau tahu Arab Saudi adalah negara yang sangat kaya. Dan selama bertahun-tahun, tak akan ada Arab Saudi bila tak ada AS, karena kita melindungi mereka," ujar Trump seperti dikutip Senin (15/10/2018).

Dia mengatakan ingin mengubah hal tersebut dan harus ada bayaran. "Kita tidak dibayar untuk perlindungan ini, dan kita harusnya dibayar. Kita menghabiskan miliaran per tahun untuk melindungi Arab Saudi."

Atas hal ini, Trump mengaku sudah bicara langsung ke Raja Saudi. "Dan saya bilang ke Raja Salman, 'Raja, mohon maaf, kamu harus bayar.' Saya mengucapkannnya dengan keras dan jelas," kata Trump.

Keluhan itu dia sampaikan di sela pembahasan penghilangan kolumnis The Washington Post di kedutaan besar Arab Saudi di Turki. Trump mengaku cemas akan hal itu, dan menyebut Gedung Putih masih mendalami kasus ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Donald Trump: Jurnalis Washington Post Hilang di Konsulat Saudi, Saya Prihatin...

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pada hari Senin 8 Oktober bahwa dirinya "prihatin" soal laporan tentang kasus lenyapnya seorang jurnalis warga negara Arab Saudi yang merupakan kontributor harian The Washington Post dan kritikus terhadap Negeri Petrodollar.

Jamal Khashoggi (59) terakhir kali terlihat tengah memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki pada 2 Oktober 2018 untuk mengurus dokumen terkait pernikahannya. Namun, tunangannya --yang menunggu Khashoggi di luar gedung-- melaporkan bahwa pria itu tak pernah muncul kembali, sampai sekarang.

Sampai saat ini, keberadaan Khashoggi tak diketahui. Menurut laporan sejumlah sumber yang tak terkonfirmasi, kuat dugaan bahwa Khashoggi telah ditahan paksa, atau mungkin, tewas dibunuh di konsulat Saudi di Istanbul.

Mengomentari kabar tersebut, Trump mengatakan, "Saya prihatin tentang itu."

"Aku tidak suka mendengar tentang itu dan semoga segera selesai. Sekarang, tidak ada yang tahu apa pun tentang itu," lanjutnya seperti dikutip dari CNN.

"Ada beberapa cerita yang sangat buruk tentang itu. Saya tidak menyukainya," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini