Sukses

Fintech Bakal Tumbuh Subur di Asia, Ini Alasannya

Lebih dari 50 juta UMKM tak sabar menanti untuk terlibat dalam e-commerce.

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, mengatakan bahwa kawasan Asia, termasuk Indonesia merupakan tempat yang subur bagi tumbuhnya teknologi finansial (fintech). Hal ini dia sampaikan dalam 'Dialog Kebijakan Tingkat Tinggi Mengenai Kerja Sama Kawasan untuk Mendukung Inovasi, Inklusi, dan Stabilitas di Asia'.

"Asia, termasuk Indonesia, merupakan tempat ideal bagi teknologi finansial untuk berkembang," kata dia, di Bali, Kamis (11/10/2018).

Mirza menjelaskan Indonesia memiliki lebih dari seperempat juta masyarakat yang tersebar di ribuan pulau, menunggu untuk terintegrasi dengan teknologi baru. Ini merupakan sebuah potensi yang besar untuk pengembangan fintech ke depan.

Dia pun mengatakan bahwa pertumbuhan fintech di Indonesia akan diperkuat dengan potensi bonus demografi atau tingginya jumlah generasi muda untuk memasuki dunia digital masa depan.

"lebih dari 50 juta UMKM yang tak sabar menanti untuk terlibat dalam e-commerce. Masyarakat baru yang didorong oleh kelompok kelas menengah yang dinamis dan demokratis, yang memandang ekonomi digital sebagai sesuatu yang tak terhindarkan, seperti layaknya evolusi." tegas dia.

Teknologi baru seperti mobile banking, big data, dan jaringan transfer peer-to-peer diakui mempunyai banyak manfaat, salah satunya untuk meningkatkan inklusi keuangan.

Teknologi baru telah memperluas jangkauan layanan keuangan kepada orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki rekening bank atau tidak terjangkau bank, sehingga meningkatkan pendapatan dan standar hidup.

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Risiko Fintech

Namun, fintech juga membawa risiko penipuan siber, keamanan data, dan pembobolan privasi. Disintermediasi layanan fintech atau konsentrasi layanan di antara beberapa penyedia juga dapat menimbulkan risiko terhadap stabilitas keuangan.

Karena itu, para pembuat kebijakan di Asia, khususnya Indonesia, perlu memperkuat kerja sama guna memanfaatkan potensi teknologi keuangan baru bagi pertumbuhan inklusif.

Pada saat bersamaan, mereka pun perlu bekerja sama guna memastikan bahwa mereka mampu merespons dengan lebih baik tantangan yang ditimbulkan fintech.

"Peraturan untuk mencegah kegiatan ilegal, meningkatkan keamanan siber, dan melindungi hak dan privasi konsumen, juga akan membangun keyakinan terhadap teknologi keuangan yang baru," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.