Sukses

Imbal Hasil Obligasi AS Lanjutkan Penguatan Bebani Wall Street

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah dalam dua hari berturut-turut.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah dalam dua hari berturut-turut. Hal tersebut dipicu kenaikan imbal hasil surat berharga atau obligasi AS usai laporan tenaga kerja yang solid.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 180,43 poin atau 0,68 persen ke posisi 26.447,05. Indeks saham S&P 500 susut 16,04 poin atau 0,55 persen ke posisi 2.885,57. Indeks saham Nasdaq tergelincir 91,06 poin atau 1,16 persen ke posisi 7.788,45.

Selama sepekan, indeks saham S&P 500 merosot 0,98 persen. Indeks saham Dow Jones terpangkas 0,04 persen. Indeks saham Nasdaq alami penurunan terbesar yang mencapai 3,2 persen. Penurunan Nasdaq tersebut terbesar sejak Maret.

Wall street melemah juga didorong sektor saham teknologi dan jasa komunikasi termasuk grup FAANG antara lain Facebook, Amazon, Apple, Netflix, dan Alphabet. Saham Amazon, yang bagian dari sektor saham konsumsi susut satu persen.

Data ekonomi AS termasuk bebani wall street. Departeman Tenaga Kerja melaporkan tingkat pengangguran turun 3,7 persen. Selain itu, gaji nonpertanian naik dari yang kurang diharapkan pada September. Ini dipengaruhi badai Florence.

"Tidak ada pertanyaan untuk pasar tenaga kerja di AS, ini mungkin termasuk yang terbaik dalam satu generasi. Tidak ada yang perlu diperdebatkan. Laporan data tenaga kerja menjadi laporan inflasi,” kata Ekonom Senior, Ameriprise Financial Services Inc, Russell Price seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (6/10/2018).

Data tenaga kerja tersebut mendorong imbal hasil surat berharga AS terutama bertenor 10 tahun meningkat. Imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun sentuh 3,248 persen. Kenaikan itu menekan wall street yang diperdagangkan di level tertinggi.

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Usai rilis data itu, pelaku pasar semakin besar harap suku bunga acuan the Federal Reserve akan naik pada Desember. 

"Saham tidak akan memiliki pilihan karena jika mereka tidak kompetitif dengan tingkat pengembalian bebas risiko, orang akan berhenti membeli dan akan masuk ke obligasi. Bagaimana pasar saham untuk menyesuaikan itu? Dengan turunkan harga dan meningkatkan tingkat pengembalian," ujar Analis ICAP, Walter Zimmerman.

Sektor saham teknologi pun melemah 1,27 persen. Penurunan sektor saham itu terjadi dalam dua hari berturut-turut terutama didorong saham Intel dan Microsoft. Saham Apple susut 1,6 persen usai Green Capital menyatakan jual sisa saham Apple karena meningkatnya ketakutan akan pembalasan China terhadap kebijakan perdagangan AS.

Sektor layanan komunikasi yang terdiri dari Netflix, Facebook dan Alphabet merosot 1,04 persen. Dari 11 sektor saham, hanya sektor saham utilitas naik 1,57 persen. Saham Tesla merosot 7,05 persen usai CEO Elon Musk mengejek komisi sekuritas dan wall street di Twitter.

Volume perdagangan saham di wall street tercatat 7,62 miliar saham. Angka ini di atas rata-rata perdagangan saham sebesar 7,16 miliar saham selama 20 sesi perdagangan terakhir.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.