Sukses

Tarik Devisa, Pemerintah Subsidi Rp 11 Triliun untuk KUR Pariwisata

Sektor pariwisata memang paling mudah mendatangkan devisa ke negara.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah mensubsidi Rp 11 triliun Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk sektor pariwisata. Keputusan ini diambil sebagai langkah meningkatkan kunjungan turis ke RI sekaligus mendatangkan devisa ke negara.

"Pembiayaan lain yang baru kita rumuskan adalah KUR, bunganya hanya 7 persen tahun ini dan dibagi 2 kategori yaitu kredit mikro dan kredit kecil," tuturnya saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) III-Pariwisata di Hotel Raffles, Jakarta, Kamis (27/9/2018).

Darmin menjelaskan, isu KUR pariwisata terbilang krusial mengingat hal ini erat kaitanya dengan kebutuhan pembiayaan maupun investasi di industri pariwisata dalam negeri.

"Jadi KUR disubsidi Rp 11 triliun dari APBN, Saya rasa ini cukup memadai buat UMKM agar secara produktif membangun ekonomi di daerahnya masing-masing. Ini periode dimana kita perlu pariwisata karena kita butuh devisa," ujarnya.

Selain infrastruktur fisik, pemerintah juga berfokus membangun dan memperkuat infrastruktur industri untuk Indonesia. Menurutnya, itu penting sejalan dengan kementerian pariwisata menggenjot program investasi di sektor ini.

"Itu karena destinasi pariwisata memerlukan investasi yang sistematis. Kalau kata Pak Menpar Arief Yahya ialah 3A yakni akses, atraksi, dan juga amenitas. Jadi fokusnya bagaimana secara sekuen kembangkan destinasi pariwisata, nggak bisa terbalik-balik," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Paling Mudah Datangkan Devisa

Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan sektor pariwisata memang paling mudah mendatangkan devisa ke negara. Hal ini disebabkan pada sektor ini, secara substansi menghasilkan dolar.

"Substansi pariwisata itu ekspor, meskipun servicesnya dinikmati dan dibayar di Indonesia. Tapi kita industri berorientasi ekpor dan menghasilkan dolar," ungkapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.