Sukses

Rencana Penerbitan Obligasi Masih Tinggi hingga Akhir 2018

Ketidakpastian perekonomian dunia serta penguatan dolar Amerika Serikat (AS) secara global telah berdampak terhadap pasar keuangan sejumlah negara

Liputan6.com, Jakarta - Ketidakpastian perekonomian dunia serta penguatan dolar Amerika Serikat (AS) secara global telah berdampak terhadap pasar keuangan sejumlah negara termasuk Indonesia.

Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) akibat normalisasi kebijakan moneter serta pengetatan likuiditas di AS telah mengakibatkan pembalikan dana dari pasar keuangan sejumlah negara Asia.

Tak heran bila sejumlah mata uang Asia melemah dan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah juga naik, karena investor menarik dana dari pasar saham maupun obligasi.

Hingga tutup perdagangan Jumat 14 September 2018, nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,35 persen di level 14.783 per dolar AS, sehingga secara year to date (ytd) rupiah telah terkoreksi 8,41 persen, masih lebih bagus bila dibandingkan koreksi rupee India yang sudah terkoreksi 12 persen.

Sementara itu, yield obligasi pemerintah naik menjadi 8,4 persen, bandingkan dengan yield obligasi India sebesar 8,1 persen, Filipina menawarkan imbal hasil sebesar 6,35 persen dan Malaysia sebesar 4,1 persen.

Dengan tingkat yield seperti ini, pasar obligasi Indonesia menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik dibanding negara tetangga.

''Investor akan kembali melihat pasar obligasi Indonesia menjadi tempat berinvestasi dengan dukungan fundamental ekonomi yang terus memperlihatkan sejumlah perbaikan,'' ungkap Direktur Utama Bahana Sekuritas Feb Sumandar, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (19/9/2018).

Korporasi pun masih melihat penerbitan obligasi sebagai sumber pendanaan untuk meningkatkan produktivitas, lanjut Feb.

Animo korporasi untuk menerbitkan obligasi maupun menerbitkan saham perdana masih terus mengalir. Hal ini tercermin pada semester I 2018, Bahana telah mengantarkan dua emiten melantai di bursa yakni PT BRI syariah dan PT Indonesia Kendaraan Terminal dengan perolehan dana sekitar Rp 2,2 triliun.

Beberapa perusahaan besar lainnya antara lain Perusahaan Listrik Negara, PT Bank Rakyat Indonesia, PT Waskita Karya, Pegadaian, Penanaman Nasional Madani, Wom Finance menerbitkan obligasi dengan total perolehan dana mencapai Rp 16,7 triliun.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Dalam sisa tahun ini, Feb memperkirakan ada lebih dua perusahaan yang akan mencari dana melalui penerbitan saham perdana dan lebih empat perusahaan akan menerbitkan obligasi.

''Kami meyakini sejumlah langkah yang dilakukan pemerintah bersama dengan Bank Indonesia baik dengan menaikkan suku bunga acuan maupun dengan menempuh berbagai kebijakan fiskal untuk menjaga stabilitas pasar keuangan domestik menjadi sentimen positif bagi investor untuk kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia,'' ungkap Feb.

Kemampuan anak usaha Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) ini mengantarkan sejumlah perusahaan mendapatkan pendanaan baik di pasar saham maupun pasar obligasi dalam kondisi pasar yang penuh tekanan akibat sentimen global, mendapat apresiasi dari institusi keuangan asing, melalui penghargaan sebagai Best Investment Bank in Indonesia, yang diberikan oleh Alpha Southeast Asia di Singapura pada Selasa 18 September 2018.

Dalam perhelatan 12th Annual Best Financial Institution Award 2018 tersebut, Alpha Southeast Asia menilai Bahana mampu mempertahankan posisinya sebagai pemimpin investment bank diantara perusahaan lainnya yang juga membantu menerbitkan saham maupun menerbitkan obligasi.

Selain itu Bahana juga dinilai memiliki tim riset yang mampu melengkapi keseluruhan layanan Bahana termasuk sebagai konsultan dalam merger dan akuisisi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.