Sukses

Jokowi Mau Ciliwung Mirip Sungai di Korea Selatan, Berapa Biayanya?

Kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Korea Selatan (Korsel) sedang ramai diperbincangkan.

Liputan6.com, Jakarta - Kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Korea Selatan (Korsel) sedang ramai diperbincangkan. Di Negeri K-Pop itu, selain bertemu pemerintah Korsel, pengusaha, dan Super Junior, Presiden Jokowi menyempatkan diri blusukan di Seoul.

Di sana Presiden Jokowi menyampaikan kekagumannya pada kejernihan Sungai Cheonggyecheon, padahal lokasinya di tengah kota metropolitan. Ia pun tertarik melakukan hal sama pada sungai di Indonesia.

Namun, berapa dana yang digelontorkan pemerintah Korsel untuk merevitalisasi Cheonggyecheon yang konon dulu sekumuh Ciliwung? Dan seperti apa prosesnya?

Dilaporkan situs Asian Development Bank, proyek revitalisasi Cheonggyecheon dimulai pada 2003 atas inisiatif Wali Kota Lee Myung Bak (kelak menjadi Presiden Korsel). Dulu, dibangun jalan raya dan layang di kawasan itu yang menindih aliran sungai.

Awalnya, jalan raya berfungsi baik. Namun lama-kelamaan, volume mobil makin banyak, kondisi drainase menyebabkan korosi fondasi, status jalan makin tak layak, dan biaya perbaikan tinggi. Warga sekitar pun sesak akibat polusi. Karena kondisi lingkungan yang dicekik polusi udara dan diramaikan polusi suara, bisnis di sana menjadi mati, dan kawasan tidak bisa bersaing.

Akhirnya, jalan raya itu dirobohkan. Sebuah langkah yang terbilang berani dan ditentang banyak pihak karena dianggap membuat gaduh. Dana yang keluar saat itu adalah USD 380 juta, setara dengan USD 520 juta saat ini, atau Rp 7,74 triliun (USD 1 = Rp 14.886).

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dibantu Swasta

Selama dua tahun pemerintah Seoul, dibantu dana swasta, merapikan lokasi sungai dengan hati-hati. Dan langkah berani mereka memberi hasil membanggakan. Dari segi pariwisata, ada jutaan orang berkunjung ke Cheonggyecheon tiap tahun dan temperatur pun berkurang sampai 5 derajat Celcsus.

Asian Development Bank menyebut pentingnya kemauan politik untuk melakukan proyek seperti Cheonggyecheon, serta perbaikan sistem transportasi, dan berfokus pada kota hijau. Tujuannya agar penduduk bisa mendapat ruang bersantai di tengah kota, yang mana itu dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang.

Menurut data yang dikumpulkan ADB pada 2016, 64 turis lokal dan mancanegara mengunjungi Cheonggyecheon per hari. Polusi udara dalam bentuk partikel kecil juga berkurang 35 persen dari 74 menjadi 48 mikrogram per meter kubik. Ini berefek ke kesehatan masyarakat, sebab sebelumnya orang yang tinggal di daerah tersebut terjangkit masalah pernapasan, melebihi dari daerah lainnya di Seoul.

Tingkat aktivitas manusia di Cheonggyecheon juga dapat dibuktikan dengan adanya 2 ribu acara publik di kawasan tersebut. Harga real estate naik antara 30 sampai 50 persen. Peningkatan pemakaian transportasi bis naik 15 persen, subway naik 3 persen berdasarkan perhitungan antara 2003 - 2008.

Pemerintah Seoul saat itu juga mengimbangi perobohan jalan raya dan revitalisasi sungai dengan cara mengoptimalisasi sistem transportasi publik. Bus Rapid Transit (BRT) ditingkatkan sistemnya, sehingga rakyat yang dulunya naik mobil bisa memiliki alternatif.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.