Sukses

Dibanding Krisis Turki, Kebijakan Trump Lebih Berdampak ke RI

Indonesia dinilai cukup baik dalam merespons krisis yang terjadi di Turki.

Liputan6.com, Jakarta - Krisis keuangan yang kini menempa Turki dipandang hanya kepanikan temporer. Meski berdampak pada negara-negara berkembang (emerging market), Indonesia dinilai cukup baik dalam merespons krisis yang terjadi negara tersebut.

Wakil Ketua Kadin Urusan Timur Tengah dan OKI Mohamad Bawazier mengatakan, krisis finansial Turki tidak akan berdampak ke Indonesia dalam jangka pendek. Ia justru menekankan, penguatan dolar AS atau kebijakan Trump yang memberi pengaruh signifikan pada pelemahan rupiah.

"Krisis Turki yang tengah terjadi sebenarnya tidak begitu berdampak pada Indonesia. Tapi pasti akan berpengaruh kepada negara-negara dengan interaksi dagang yang tinggi dengan Turki," tuturnya saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (14/8/2018).

Meski begitu, Bawazier menekankan tentu ada akses atau efek yang dirasakan oleh Indonesia terhadap krisis Turki itu. "Pasti-pasti, tentu ada pengaruhnya, karena kan kita ekspor kesana dan Turki juga impor ke kita," ujarnya.

Oleh karena itu, Indonesia dalam hal ini, kata Bawazier, dapat meningkatkan ekspor dalam negeri sebagai upaya preventif krisis di Turki.

"Indonesia bisa mengantisipasi ini dengan meningkatkan ekspor dengan kurs dollar. Ini agar supaya nilainya tinggi. Saya rasa itu, cukup memperkuat ekspor saja," kata dia.

Terakhir, Bawazier mengingatkan agar pasar tidak terlalu reaktif menanggapi krisis di Turki ini. "Sebagai salah satu negara Muslim terkuat di dunia Turki memang memainkan peranan penting, namun tetap menurut saya, saya rasa Indonesia harus cukup tidak panik merespon hal ini," tandasnya.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BI dan Kemenkeu Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Gejolak Ekonomi Turki

Ketua DPR Bambang Soesatyo meminta pemerintah mengantisipasi gejolak ekonomi yang terjadi Turki seiring terpuruknya kurs Lira terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Langkah persiapan agar krisis Turki tak berimbas serius ke perekonomian Indonesia.

Legislator Golkar itu mengaku was-was karena penurunan kurs lira Turki (TRY) sudah berimbas ke Rupiah. Bahkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS sudah menembus 14.656. Gejolak ekonomi di Turki dan devaluasi Lira telah berefek ke mata uang lainnya termasuk Rupiah. 

Sebab itu, dia meminta Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menyiapkan langkah-langkah antisipatif guna meningkatkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar.

“Mengingat melemahnya nilai tukar dolar berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat dan meningkatnya harga komoditas,” ujar dia di Jakarta, Selasa (14/8/2018).

Pengusaha ini juga meminta BI menjaga stabilitas keuangan negara. Hal yang harus diperhatikan adalah kelancaran pembayaran utang negara dan bunganya yang bertambah akibat devaluasi rupiah.

Selain itu, dia mendorong Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong ekspor barang dan jasa untuk meningkatkan nilai tukar Rupiah.

Yang tak kalah penting adalah perlunya Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menggenjot kinerja dalam menarik investasi dan mempermudah layanan bagi investor.

“Lakukan perbaikan layanan investasi dengan mempermudah penanaman modal sehingga dapat menarik minat investor untuk menanamkan modal di Indonesia,” cetusnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.