Sukses

Adaro Klaim Telah Patuhi Aturan Pasokan Dalam Negeri 25 Persen

Adaro tidak memanfaatkan momen kenaikan harga batu bara dengan meningkatkan produksi.

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mengklaim sudah mematuhi ketentuan pemenuhan pasokan batu bara dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 25 persen dari total produksi.

Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan, Adaro sebagai perusahaan yang beroperasi di Indonesia, berkomitmen mengikuti peraturan yang berlaku di negara ini. Saat ini, perseroan telah mengikuti ketentuan DMO 25 persen sesuai yang diatur di perundang-undangan.

"Saat ini, ‎batu bara Adaro (jenis dan jumlahnya) sudah sesuai dengan ketentuan DMO 25 persen," tutur Febriati, di Jakarta, Senin (13/8/2018).

Adaro tidak mendorong peningkatan produksi, meski harga batu bara tengah membaik. Adaro mematok target produksi batu bara pada tahun ini sebesar 54 juta ton sampai 56 juta ton.

"Target produksi sesuai panduan 2018, yaitu sebesar 54 juta ton sampai 56 juta ton," tuturnya.

Febriati mengungkapkan, perusahaan tidak memanfaatkan momen kenaikan harga batu bara dengan meningkatkan produksi. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga cadangan batu bara dalam jangka panjang.

"Adaro fokus untuk menjaga cadangan batu bara‎ dalam rangka jangka panjang demi pengembangan bisnis pembangkit ke depan," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Adaro Tuntaskan Akuisisi Tambang di Australia September 2018

Sebelumnya, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menargetkan proses akuisisi tambang kestrel milik Rio Tinto di Australia tuntas pada September 2018. Presiden Direktur Adaro Garibaldi Thohir menuturkan, proses akuisisi tersebut sudah memasuki tahap akhir.

"Kestrel masih dalam proses. Mestinya berjalan baik. Sekarang sudah di tahap akhir, dan mudah-mudahan bisa financial close di Agustus atau September tahun ini," kata pria yang akrab disapa Boy ini pada Senin, 17 Juli 2018. 

Dalam proses akuisisi, Adaro bermitra dengan EMR Capital dengan porsi kepemilikan saham ke depannya akan dibagi 51:49, yakni 51 persen untuk EMR Capital dan 49 persen lagi milik Adaro.

"Untuk pendanaan ya biasalah, ada ekuiti, pinjaman dan lain-lain," ungkapnya.

Tambang itu terletak di cekungan Bowen, Quensland, Australia yang merupakan salah satu wilayah utama batu bara metalurgi di dunia. Tambang Kestrel sendiri dapat memproduksi batu bara kokas keras sebanyak 4,25 juta ton di sepanjang 2017 lalu.

Tambang ini juga memiliki cadangan yang dapat dipasarkan sebanyak 146 juta ton, serta sumber daya sebesqr 241 juta ton per 31 Desember 2017.

Selanjutnya, Boy menargetkan untuk jangka menengah, tambang dapat memiliki kapasitas produksi hingga 10 juta ton per tahun. "Produksi harus naik dong, masa sudah diambil Adaro enggak ada perubahan. Target kita sih medium long term bisa 10 juta ton, sekarang kan baru ton," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.