Sukses

Harga Ayam Turun Jadi Rp 40 Ribu per Kg, Daging Sapi Stabil

Harga ayam melandai ke kisaran Rp 40 ribu per Kg. Akhir Juli lalu masih di kisaran Rp 46 ribu per Kg.

Liputan6.com, Tangerang - Naik dan turun harga daging ayam memang selalu berkaitan dengan fluktuasi harga telur. Pantauan terkini, harga daging ayam sudah turun ke kisaran Rp 40 ribu.

Menurut pantauan liputan6.com di Pasar Bengkok, Tangerang, pada Minggu (12/8/2018), sebagaimana harga telur turun, harga jual ayam yang dijual pedagang setempat juga kompak turun. Sebelumnya, harga ada di kisaran Rp 45 ribu sampai Rp 46 ribu.

"Saya modal Rp 38 ribu, jualnya Rp 40 ribu," kata Jalaludin (53). Pedagang daging ayam yang turut ikut menjadi caleg ini bahkan bisa menurunkan harga sedikit ke bawah Rp 40 ribu.

Pedagang lainnya, Indah (55) juga menjual harga di kisaran awal Rp 40 ribuan. "Yang kecil 35 ribu per kilo, yang besar Rp 42 ribu per kilo. Ceker Rp 25 ribu per kilo, yang kecil Rp 20 ribu. Kulitnya Rp 28 ribu," ungkapnya. Ketika ditanya mengenai Idul Adha, ia menjelaskan ada kemungkinan harga akan naik. "Sebentar lagi naik," Indah memprediksi.

Ada pedagang yang bercerita pada pekan kemarin harga ayam sempat turun Rp 5 ribu menjadi Rp 40 ribu, sebelum ayam yang dijualnya naik lagi menjadi Rp 41 ribu. "Ayam Rp 41 ribu, kemarin malah Rp 40 ribu," kata Sri (40).

"Minggu kemarin Rp 45 ribu, turun sekitar tiga hari Rp 40 ribu, kemudian naik lagi seribu Rp 41 ribu," tambah Pandu (20).

Sri pun mengungkapkan ada kabar harga ayam akan naik jelang Idul Adha, meskipun ia menyebut hal itu baru sebatas kabar yang beredar dan belum bisa memberi konfirmasi mengenai harga yang akan dipatok.

Sementara, daging sapi sendiri terbilang terus stabil dari minggu-minggu sebelumnya. "Masih Rp 120 ribu," jelas Eli (58).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengamat: Kenaikan Harga Ayam dan Telur Siklus Tahunan

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menyatakan, kenaikan harga ayam dan telur merupakan siklus tahunan. Oleh sebab itu, lonjakan harga ini harusnya tidak perlu dikhawatirkan.

Dia mengungkapkan, dalam 5 tahun terakhir, pada Januari harga ayam dan telur selalu naik, kemudian akan turun pada Maret-April. Harga akan kembali naik pada Juni-Juli seperti saat ini dan kemudian turun mulai Agustus. ‎

"Kalau harga dagingnya (ayam) memang tinggi di Januari. Daging dan telur hampir sama grafiknya. Kemudian akan turun di Maret, di April terendah. Mei naik lagi sampai Juni-Juli. Agustus nanti turun sampai di September paling rendah. Setelah itu, November-Desember itu naik lagi," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa, 31 Juli 2018.

Andreas menyatakan, pada tahun ini memang ada sejumlah faktor yang membuat lonjakan harga terkesan lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, seperti pelemahan rupiah, harga pakan dan kebijakan larangan penggunaan Antibiotic Growth Promoters (AGP). Namun, hal tersebut dinilai hanya berkontribusi kecil terhadap kenaikan harga.

"Ada yang bilang karena pengaruh pelemahan rupiah, lalu ada kebijakan pemerintah. Tapi ini hanya karena fluktuasi tahunan. Analis lain bilang karena antibiotik, tapi itu pengaruhnya kecil. Rupiah juga pengaruhnya kecil," ucap dia.

Menurut Andreas, yang paling berpengaruh terhadap harga sebenarnya adalah pola tenak di dalam negeri. Dan pola ini terus berulang dari tahun ke tahun, sehingga fluktuasi harga ayam dan telur pasti akan terjadi.

"Karena pola budidaya. Seperti padi, Mei pasti harga beras naik karena paceklik. Budidaya ayam juga sama. Kita impor GPS (grand parent stock) pada waktu tertentu, ketika DOC (day old chicken) populasinya turun, pasti harga naik. Apalagi kita Lebaran, banyak di layer yang ayam sudah tua dipotongin, sehingga produksi telurnya juga turun jadi harga naik. Itu sudah terjadi tahunan," ucap dia.

Oleh sebab itu, lanjut Andreas, masyarakat dan pemerintah tidak perlu panik. Kenaikan harga yang terjadi belakangan ini juga dinilai masih dalam level yang wajar.

"Tidak perlu khawatir, pemerintah panik intervensi berlebihan, harusnya tidak perlu panik. Kalau daging ayam puncaknya di Januari Rp 34 ribu per kg. Telur puncak harga di Januari di atas Rp 25 ribu, setelah itu turun. Juli puncaknya Rp 24 ribuan. Nanti Agustus-September turun. Kita bicara rata-rata nasional, jangan hanya melihat harga di Jakarta saja," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini