Sukses

Siapa Biang Kerok Perang Dagang? AS dan China Saling Lempar Bola

AS dan China saling menyalahkan terkait situasi perang dagang.

Liputan6.com, Washington D.C. -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menerapkan tarif impor tinggi kepada China sebagai pembalasan atas praktik dagang China yang ia tuding tidak adil dan merugikan hak kekayaan intelektual AS.

Walaupun Trump tidak mau memakai istilah perang dagang, tetapi kebijakan tarifnya sudah tersebar luas sebagai permulaan perang dagang. Dan baru-baru ini, Kepala Dewan Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyebut bola panas sedang ada di pihak China.

Dilansir dari CNBC, Kudlow menilai China tidak punya kemauan untuk kompromi perihal kebijakan dagang mereka. Padahal, sudah terjadi pembicaraan di antara kedua belah pihak.

"Saya pikir Presiden Xi saat ini tak punya niat untuk menindaklanjuti diskusi yang kita lakukan dan saya pikir presiden tidak puas dengan China soal omongan-omongan itu, sehingga beliau terus memberi tekanan, dan saya mendukung itu," ucap Kudlow. Ia pun berharap Presiden Xi Jinping segera melakukan sesuatu, sebab pihak AS sedang menanti langkahnya.

Mendengar pernyataan tersebut, pihak China pun langsung gerah dan segera menyediakan komentar balik melalui juru bicara Menteri Luar Negeri Hu Chunying.

"Bahwa pejabat relevan dari Amerika Serikat tanpa diperkirakan memutarbalikan fakta dan membuat pernyataan menipu adalah hal yang mengejutkan dan di luar imajinasi," ucap Hua.

Wanita itu pun menambahkan sikap AS yang bergonta-ganti dan tidak menepati janji sudah dikenal secara luas secara global. Saat ini, China sedang pun sedang melakukan manuver untuk meminimalisir efek perang dagang, di antaranya dengan memperat hubungan dengan Uni Eropa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hadapi Perang Dagang, RI Adopsi Teknologi Singapura

Indonesia juga tengah memperkuat langkah dalam menghadapi perang dagang. Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengadakan pertemuan dengan Deputi Perdana Menteri Singapura Teo Chee Hean untuk membahas perkembangan tehnologi terkini di kedua negara. Menko Luhut mengatakan, Singapura memiliki tehnologi yang sudah maju.

"Tadi kita Deputi Perdana Menteri Theo ke kantor kita bicara industri 4.0, teknologi dan Singapura sudah maju, kita ingin juga bisa sharing dengan mereka. Kemarin juga ada program mengirim 22 personel kita untuk ada training di Singapura," ujar Menko Luhut di Kantornya, Jakarta, Kamis, 19 Juli 2018.

Ada beberapa sektor pemanfaatan teknologi Singapura yang dapat diadopsi oleh Indonesia, antara lain militer, komersial dan e-commerce.

"Macam-macam, dalam bidang militer bisa, komersial bisa, e-commerce. Banyak sekali yang bisa kita masuk yang intinya membuat kita lebih share," jelasnya.

Lebih lanjut, Menko Luhut menjelaskan, peranan teknologi sangat dibutuhkan untuk menghadapi perkembangan global. Salah satunya untuk menghadapi perang dagang yang terjadi beberapa waktu belakangan.

"Kita berharap bahwa Indonesia dengan trade war sekarang jadi memanfaatkan kita untuk jadi lebih berkembang lebih efisien di dalam bekerja di Tanah Air kita," jelasnya.

Pengembangan tehnologi juga dibutuhkan untuk menekan ketergantungan impor Indonesia seperti yang akan diterapkan pada penggunaan Biodisel 20 (B20). Penggunaan B20 ini kemudian diyakini akan meningkatkan harga kelapa sawit.

"Kita sekarang sudah diputuskan B20 itu untuk mengganti Solar yang ada sehingga kita mengurangi impor solar dari luar negeri jadi biodiesel. Sehingga untuk lingkungan juga. Jadi saya pikir teknologi ini menjadi sangat penting sekali dalam kondisi seperti sekarang ini," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini