Sukses

Menperin Minta Industri Farmasi Pakai Bahan Baku Alam

Kemenperin menilai industri farmasi masih dihadapkan pada masalah ketersediaan bahan baku.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong industri farmasi dalam negeri untuk menciptakan produk obat-obatan berbahan baku dari alam (biofarmasi).

Sebab, selama ini 90 persen bahan baku farmasi yang berupa bahan kimia masih diimpor dari negara lain. Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengatakan, industri farmasi merupakan salah satu industri yang difokuskan pengembangannya dalam memasuki era revolusi ke-4 atau industri 4.0. Namun sayangnya industri ini masih dihadapkan pada masalah ketersediaan bahan baku.

"Industri ini potensinya bagi Indonesia itu penting, bagi Kemenperin ini bagian dari industri unggulan dalam 4.0. Industri ini saat ini mengalami tantangan karena sebagian besar bahan bakunya impor di farmasi kemudian penjualannya domestik," ujar dia di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (10/7/2018).

Agar bisa lepas dari ketergantungan bahan baku impor, industri farmasi ini harus mulai mengarah pada penggunaan bahan baku yang berasal dari alam. Oleh karena itu, diperlukan ada riset yang mendalam dari para pelaku industri.

‎"Ke depan biofarmasi menjadi solusi, harus dengan research and development karena bio itu bisa menggunakan kekayaan hayati yang ada di kita. (Negara lain?) Sudah mulai. Di GP (Gabungan Pengusaha) Farmasi juga sudah mulai riset dan pemerintah harus berikan insentif untuk inovasi," kata dia.

Airlangga menuturkan, pemerintah siap membantu pengembangan industri biofarmasi, salah satunya melalui pemberian insentif.

Bahkan hal tersebut masuk dalam pembahasan dalam rapat terbatas (ratas) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin.

"Sekarang industri ini PDB-nya Rp 67 triliiun, ini kita tingkatkan. Dan kemarin rapat dengan Presiden, salah satu yang kita dorong ya biofarmasi.‎ Sekarang kebanyakan impor kontennya tinggi, jadi industri ini didorong untuk subsitusi impor dan membangun pabrik bahan baku obat di Indonesia," ujar dia.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum GP Farmasi Ferry A Soetikno mengungkapkan, Indonesia memiliki keragaman hayati yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku dari biofarmasi. Namun demikian, industri masih terus melakukan riset untuk pengembangannya.

"Biodiversiti Indonesia terbesar di dunia, ada kunyit, temu lawak, kayu manis, tapi kita mulai cari yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi. Kemudian ada lagi bio active fraction atau fraksi-fraksi yang mempunyai kemampuan biologi pada indikasi kesehatan tertentu," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jurus Pemerintah Tekan Defisit Perdagangan

Sebelumnya, Pemerintah akan mengambil langkah untuk dongkrak neraca perdagangan ke depan. Ini lantaran dalam beberapa bulan terakhir defisit neraca perdagangan Indonesia terus melebar.

"Kita ke depan harus mulai menghidupkan lagi investasi terutama bertujuan ekspor. Tapi sementara itu investasi tetapi perlu waktu. Kita harus mencari jalan mendorong supaya produk yang ada bisa meningkat kembali ekspornya, terutama kelapa sawit," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution di Jakarta, Sabtu 16 Juni 2018.

Darmin menjelaskan, selain kelapa sawit pemerintah juga tengah mengupayakan agar industri farmasi tidak ketergantungan terhadap impor. Ke depan, meskipun impor industri farmasi besar, pemerintah akan mengupayakan ekspor dari sektor ini dapat ditingkatkan.

"Industri farmasi kita sudah berkembang tapi bahan bakunya masih banyak sekali yang diimpor. Padahal kita belum banyak mengekspor produk farmasi. Produk farmasi kita itu sedikit sekali buat ekspor, hampir semua produk farmasi kita digunakan untuk melayani jaminan kesehatan di Indonesia," ujar dia.

Selanjutnya, selain industri farmasi, industri besi dan baja juga memiliki ketergantungan yang cukup besar terhadap impor. Pemerintah akan memberikan insentif berupa tax holiday agar kedua sektor ini mampu menghasilkan produk ekspor yang lebih besar. 

"Ini adalah industri yang kami beri tax holiday pada waktu sudah ditandatangani peraturan menteri keuangan kira-kira dua bulan yang lalu. Itu kita tahu, kita perlu itu masuk makanya kita beri tax holiday. Supaya apa? Supaya mereka mengembangkan industri hulunya di sini," ujar dia.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.