Sukses

Harga Minyak Naik Dipicu Kekhawatiran Pasokan di Iran dan Libya

Harga minyak dunia naik dipicu kian mendekatnya penerapan sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran dan penurunan produksi di Libya.

Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia naik pada penutupan perdagangan Senin, dipicu kian mendekatnya penerapan sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran dan penurunan produksi di Libya.

Harga miyak mentah AS mengakhiri sesi berombak lebih tinggi ditopang ekspektasi penghentian produksi minyak di Kanada akan berlangsung hingga September 2018.

Dilansir dari Reuters, Selasa (10/7/2018), harga minyak mentah AS atau west texas intermediate (WTI) naik USD 5 sen menjadi USD 73,85 per barel. Sementara harga minyak Brent melonjak USD 96 sen menjadi USD 78,07 per barel.

"Kami terus melihat pasar minyak didukung dengan meningkatnya kekhawatiran tentang sanksi terhadap Iran," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates.

Amerika Serikat menyatakan ingin mengurangi ekspor minyak dari Iran, produsen terbesar kelima dunia, menjadi nol pada November, yang akan mewajibkan produsen besar lainnya untuk memompa produksi lebih banyak minyak.

"Ada kekhawatiran bahwa peningkatan produksi Arab Saudi dan Rusia sekarang mungkin hampir cukup untuk mengimbangi - bukan hanya produksi Iran - tetapi juga gangguan pasokan yang kami lihat dari Libya, Nigeria dan Kanada," tambah Lipow.

Di Kanada, gangguan pada fasilitas produksi ladang minyak Syncrude sebesar 360 ribu barel per hari telah mengurangi pasokan ke Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk minyak berjangka AS. Persediaan di Cushing mencapai titik terendah dalam 3,5 tahun pada pekan lalu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Produksi Minyak Libya

Produksi minyak Libya telah berkurang lebih dari 50 persen menjadi 527.000 barel per hari, CEO National Oil Corporation, Mustafa Sanalla, mengatakan pada hari Senin.

“Besok akan berkurang dan lusa tidak akan lagi. Dan kita ke depan akan semakin rendah,”kata Sanalla.

Arab Saudi, sesama anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia setuju bulan lalu untuk meningkatkan produksi guna meredam kenaikan harga dan mengimbangi kerugian produksi global di negara-negara termasuk Libya.

Pasar telah semakinkhawatir bahwa jika Saudi menutupi kekurangan produksi dari Iran, itu akan menggunakan kapasitas cadangan global dan meninggalkan pasar lebih rentan terhadap penurunan produksi lebih lanjut atau tak terduga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini