Sukses

Bos BI Prediksi Neraca Perdagangan Juni Surplus USD 900 Juta

Neraca perdagangan Indonesi sejak awal tahun mengalami empat kali defisit dan satu kali surplus pada Maret 2018.

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi neraca perdagangan periode Juni 2018 surplus sekitar USD 900 juta. Hal ini dipengaruhi laju impor pada bulan tersebut yang mulai melambat.

"Saya kira di neraca perdagangan survei dari Bank Indonesia, kita surplus kurang lebih USD 900 juta di neraca perdagangan...beberapa perkembangan impor secara musiman, dengan mulai meredanya itu, saya rasa neraca perdagangan akan surplus," kata dia di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (9/7/2018).

Lebih lanjut, Perry menjelaskan, beberapa bulan terakhir laju impor cukup kuat dilakukan Indonesia. Hasilnya neraca perdagangan dari awal tahun mengalami empat kali defisit dan satu kali surplus pada Maret 2018.

"Di beberapa bulan terakhir impornya cukup kuat. Ini karena ada beberapa hal kan impor terkait dengan alat perang strategis, alat infrastruktur, dan bahan makanan menjelang Lebaran, seperti itu," jelas dia.

Berbeda dengan Perry, sebelumnya Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution, tidak yakin neraca perdagangan pada Juni 2018 mengalami surplus. Namun demikian, pemerintah dipastikan akan terus berupaya agar defisit neraca perdagangan segera berakhir.

"Saya kalau Juni belum percaya (akan surplus). Tapi ya kita ingin jangan lama," ujar Menko Darmin saat ditemui di gedung Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (6/7/2018).

Dia mengatakan, salah satu upaya yang akan dilakukan untuk menekan defisit adalah dengan mengevaluasi kebutuhan impor. Langkah ini akan dilakukan dengan hati-hati agar tidak menekan pertumbuhan ekonomi.

"Ya jangan barang modalnya (dievaluasi). Makanya saya bilang harus dirumuskan yang persis. Kalau barang modalnya ya akan kena pertumbuhannya. Bahan baku juga. Nah enggak tahu kalau migas kamu mau kategorikan apa? Tapi migas perlu diperlambat. Caranya bagaimana? Bisa macam-macam. Bisa biodieselnya dinaikkan," jelasnya.

 Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Industri Kimia Jadi Andalan Tekan Defisit Neraca Perdagangan

Industri kimia jadi salah satu industri andalan untuk menurunkan defisit neraca perdagangan. Dengan pengembangan industri ini, diharapkan mampu menekan jumlah impor dari produk-produk kimia.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, di tengah kondisi defisit neraca perdagangan, industri kimia seperti penghasil amonium nitrat berperan penting untuk menyubstitusi impor. Hal ini karena kapasitas produksinya sudah mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik.

"Kami dorong domestic market lebih optimal, dan terus digenjot untuk ekspor," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (8/7/2018).

Terlebih, kata dia, Kemenperin aktif memacu pengembangan sektor-sektor industri yang berpotensi untuk meningkatkan nilai ekspor nasional.

“Pemerintah telah menyusun solusi jangka menengah dan panjang, yakni melalui substitusi impor dan investasi, sedangkan jangka pendeknya seperti pembatasan impor amonium nitrat, karena industri di dalam negeri sudah mampu mencukupi,” jelas dia.

Salah satu kawasan yang menjadi penopang pengembangan industri kimia di Indonesia adalah Kaltim Industrial Estate (KIE). Klaster industri kimia di Bontang, Kalimantan Timur ini masih memiliki potensi besar untuk pengembangan produk hilir seperti dimetil eter yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar pengganti LPG, pupuk majemuk berbasis amonium nitrat, soda ash, dan pupuk amonium klorida.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini