Sukses

Bahas Perang Dagang, Sejumlah Menteri Sambangi Kantor Menko Darmin

Sejumlah menteri ekonomi mendatangi kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Minggu sore ini.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah menteri ekonomi mendatangi kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Minggu sore ini. Kedatangan para menteri tersebut guna menghadiri rapat koordinasi (rakor) yang digelar Menko Perekonomian Darmin Nasution.

Rakor yang digelar hari ini libur ini membahas soal perumusan strategi dan kebijakan menghadapi dampak perang dagang dan kenaikan tingkat suku bunga Amerika Serikat (AS).

Salah satu menteri yang tampak hadir yaitu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dia mengatakan rakor yang digelar pada sore ini sebagai persiapan sebelum dibahas dalam rapat terbatas (ratas) di Istana Bogor pada Senin besok.

"Karena (bahan pembahasan) buat dipakai besok," ujar dia di Kantor Kemenko Perekonomian, Minggu (8/7/2018).

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan baru akan membahas masalah perang dagang ini pada Senin, 9 Juli 2018. Pembahasan akan dilakukan secara khusus sehingga diharapkan ada jalan keluar dari permasalahan ini.

"Saya kira nanti Senin kita bicara secara khusus mengenai hal itu," ujar dia di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan.‎

Selain Sri Mulyani, sejumlah menteri dan kepala lembaga negara yang hadir antara lain Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Trump Ancam Perang Dagang, RI Siap Lawan

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif bea masuk 124 produk asal Indonesia.

Padahal Indonesia merupakan salah satu negara Generalized Sisytem of Preference (GPS) dari pemerintah AS, yaitu negara yang mendapat fasilitas keringanan bea masuk dari negara maju untuk produk-produk ekspor negara berkembang dan miskin.

Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita mengatakan, ancaman AS itu karena ada defisit dalam hubungan perdagangan AS-Indonesia. Padahal, kata dia, ada kesalahan penghitungan dari pihak Amerika Serikat. Untuk menyelesaiakan persoalan tersebut, Enggartiasto mengaku telah mengirim surat kepada pihak AS.

"Yang GSP-nya, kita termasuk dalam daftar negara yang memiliki surplus yang besar. Tapi kami juga sudah kirim surat dan kita sudah menyampaikan mengenai yang pasti ada perbedaan angka dulu, bagaimana menghitungnya, jumlah defisit mereka dengan surplus kita berbeda angkanya," kata Enggartiasto.

Enggartiasto mengaku telah mendekati pemerintah AS. Bahkan duta besar Indonesia untuk AS pun turun tangan melakukan pendekatan.

"Dubes kita di Amerika juga menyampaikan pendekatan, dan saya sendiri melakukan komunikasi dengan Amerika untuk meyakinkan, sebab pada dasarnya kita tidak setuju dengan perang dagang, semua pihak akan dirugikan, kita lebih senang dengan kolaborasi," ujar dia.

Kendati demikian, jika Amerika Serikat tetap menekan bea masuk dari Indonesia, Enggartiasto menyatakan siap melawannya.

"Tetapi kalau kita dapat tekanan, maka hal itu bisa kita lakukan. Sama halnya dengan Amerika Serikat dan China, tapi itu akan berdampak di seluruh dunia,” ujar dia.

Enggartiasto mencontohkan salah satu perlawanan yang pernah dilakukan terhadap pemerintah Norwegia. Norwegia melarang masuknya impor sawit dari Indonesia, pihak Indonesia juga mengancam tidak akan mengizinkan komoditi andalan Norwegia yaitu ikan salmon masuk ke Indonesia. Akhirnya, perlawanan tersebut berhasil dan pihak Norwegia batal memblokir kelapa sawit asal Indonesia.

Untuk itu, dia optimistis bisa mencegah perang dagang Amerika dengan Indonesia. "GSP ini kita masih dalam pembicaraan untuk tidak masuk dalam watch list itu, dan nanti kita akan bahas,” kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.