Sukses

Cerita Nadiem Makarim Bangun Go-Jek dari Nol hingga Raih Sukses

CEO Go-Jek Nadiem Makarim memaparkan bagaimana awal mula ia bisa mendirikan dan sukses dengan Go-Jek.

Liputan6.com, Jakarta - Mendirikan Go-Jek pada 2010 silam, Nadiem Makarim tak pernah mengira bahwa industri transportasi yang ia bangun mampu sebesar saat ini. 

Melansir dari laman CNBC, Minggu (8/7/2018), Nadiem mengatakan niat awal mendirikan Go-Jek lebih kepada keinginan untuk memperbaiki transportasi di Indonesia. Namun, dalam kurun waktu 6 tahun, lulusan magister bisnis administrasi Harvard tersebut mencatatkan dirinya dalam sejarah, yakni sebagai unicorn pertama di Indonesia. 

Unicorn adalah usaha rintisan (startup) yang nilai valuasinya sudah melebihi USD 1 miliar atau Rp 14,3 triliun (1 USD=Rp14.369).

Kini, diusianya yang menginjak 34 tahun, Nadiem resmi menjabat sebagai CEO perusahaan dengan estimasi nilai valuasi mencapai USD 5 miliar atau Rp 71,8 triliun. 

Lulusan Harvard tersebut mengaku ingin menciptakan transportasi ojek yang lebih efisien dan juga efektif. Tak hanya itu, ia berharap ojek dapat berlaku sebagai profesional bisnis kedepanya. 

"Saya rasa banyak orang-orang yang dulu tidak percaya bahwa ojek bisa se-profesional sekarang dan juga terpercaya saat ini," tutur Nadiem. 

"Hal ini cukup membuat saya frustrasi, karena saya juga harus mengetahui secara persis pengendara ojek di Indonesia. Dengan mengetahui mereka secara personal, saya segera sadar bahhwa sektor ini benar-benar sungguh bernilai," tambah dia.  

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Awal Merintis

Bermula dengan 20 pengemudi (driver), kini gojek menjelma dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi jutaan orang di Indonesia. 

"Ketika kami memulai bisnis ini, banyak orang yang mengatakan bahwa kami harus ahli dalam satu bidang. Jika kami tidak cukup luar biasa pada satu industri, maka akan cepat dilupakan oleh industri lain yang lebih baik dalam hal teknologi maupun finansial," ungkapnya. 

Ini pula yang kemudian mendasari Nadiem bahwa Go-Jek perlu mengembangkan bisnis pada industri antar makanan atau go-food, entertaintment, salon, dan lain sebagainya. Nadiem berpendapat Go-Jek harus memberikan solusi pada kebutuhan sehari-hari konsumen di Indonesia. 

"Konsumen adalah mereka yang memiliki masalah hari demi hari, dan kami menciptakan produk dimana Go-Jek dapat menembus ruang kosong tersebut," ujarnya. 

3 dari 3 halaman

Rencana ke Depan

Strategi ini berlanjut dengan Go-Jek bereskpansi di pasar Asia Tenggara. Saat ini Go-Jek hanya beroperasi di Indonesia saja, namun bulan depan, Go-Jek juga akan dirilis di Vietnam dan Thailand. Tak hanya itu, perseroan juga mengaku berencana akan meluncurkan Go-Jek di Singapura. 

Pertumbuhan Go-Jek yang pesat ini, dipandang bersaing keras dengan Grab, yakni perusahaan Singapura yang didirikan oleh teman Nadiem juga, Anthony Tan. Namun Nadiem menuturkan bahwa tekanan yang ada justru membuatnya kini semakin maju. 

"Hal ini benar-benar sulit ketika Anda sedang berada di fase, berada di persaingan ini, ketika segala hal beradu, bersaing ketat saat ini," kata Nadiem. 

"Namun ketika Anda melangkah lebih, Anda akan menyadari bahwa memang dibutuhkan suatu kompetisi untuk menciptakan skala dan membawa perubahan," tambah dia. 

Terakhir, Nadiem berharap bahwa keberadaan Go-Jek dapat menginspirasi Indonesia dan daerah besar lainnya bahwa teknologi dapat memperbaiki kehidupan banyak orang. 

"Saya ingin bahwa Go-Jek 10 tahun dari sekarang, atau 20 tahun dari sekarang akan dibicarakan sebagai perusahaan yang membuktikan bahwa teknologi dapat berpengaruh besar pada ekonomi, yakni membawa dampak evolusi besar pada masyarakat," tandasnya. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.