Sukses

Arab Saudi Dongkrak Pasokan, Harga Minyak Bervariasi

Untuk minggu ini, harga minyak WTI telah turun sekitar 0,4 persen sementara Brent turun sekitar 3 persen.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia bervariasi di akhir pekan ini. Short-covering mendorong kenaikan harga minyak mentah AS sementara Brent tergelincir dipicu ketegangan perdagangan global dan peningkatan produksi minyak Saudi.

Melansir laman Reuters, Sabtu (7/7/2018), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik 61 sen menjadi USD 73,55. Sementara harga minyak patokan global Brent turun 39 sen menjadi USD 77 per barel.

Untuk minggu ini, WTI telah turun sekitar 0,4 persen sementara Brent turun sekitar 3 persen. "WTI kali ini sedikit melaju," kata Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka Mizuho di New York.

Harga minyak mentah berjangka AS tercatat turun pada hari Kamis setelah data menunjukkan cadangan persediaan minyak mentah negara ini mencapai 1,3 juta barel. Ini merupakan posisi yang tak terduga.

Sementara itu, minyak Brent dikatakan masih mengalami kesulitan mendapatkan daya tarik. Ini diungkapkan Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.

"Peningkatan ketersediaan minyak mentah Saudi mengurangi OSP (harga jual resmi) ke Eropa dan wilayah lain memberikan perlawanan yang kuat terhadap aktivitas ekspor Libya yang dibatasi," tulis Ritterbusch.

Selain mengurangi harga minyak pada Agustus, Arab Saudi juga mengatakan kepada Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bahwa hal itu meningkatkan produksi hampir 500.000 barel per hari pada bulan lalu.

Pemotongan output oleh OPEC dan sekutu sejak Januari 2017 telah mengurangi kekenyangan minyak mentah dunia.

Penurunan pasokan yang tidak diduga di Venezuela, Angola dan Libya juga telah membuat pengurangan lebih besar di pasar. Ini meskipun OPEC - yang dipimpin oleh Arab Saudi menyetujui peningkatan output.

"Semakin banyak yang Arab Saudi tambahkan ke pasar, semakin sedikit dari bantalan pasokan yang kita miliki - itu adalah perubahan bullish untuk perkembangan bearish," kata Yawger dari Mizuho.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengenaan Tarif China

Pergeseran aliran perdagangan minyak global yang akan segera terjadi juga mempengaruhi harga.

Rencananya kebijakan pengenaan tarif AS terhadap China senilai USD34 miliar akan segera berlaku, yakni pada hari Jumat. Beijing pun telah bersumpah untuk menerapkan kebijakan balasan.

China telah mengindikasikan jika bisa mengenakan besaran tarif impor hingga 25 persen pada minyak AS. "Jika itu terjadi maka permintaan Cina akan beralih ke pemasok lain. Karena pasar minyak sudah dalam pasokan ketat karena banyaknya pemadaman, ini akan mendorong harga internasional (Brent) lebih jauh,” kata Commerzbank dalam sebuah catatan.

Sanksi AS yang diperbarui terhadap minyak Iran juga tampaknya akan memperketat pasokan minyak global.

Sementara itu, pasar terus memantau kenaikan output minyak mentah AS, dengan data hitungan rig pengeboran minyak minggu ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini