Sukses

Rupiah Melemah, Pengusaha Tahan Produksi

Melemahnya nilai tukar rupiah memicu naiknya harga bahan baku yang diimpor sehingga biaya produksi pun meningkat.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah sudah mulai dirasakan dampaknya oleh pengusaha. Melemahnya rupiah memicu naiknya harga bahan baku yang diimpor sehingga biaya produksi pun meningkat.

"Bahan baku kita apalagi bahan baku impor itu semua dalam dolar AS. jadi semua itu otomatis ke biaya produksi naik semua," ungkapnya di Kantor Apindo , Jakarta, Kamis (5/7/2018).

Saat ini semua industri memiliki komponen impor masih cukup tinggi. mulai dari tekstil sampai farmasi semua bahan baku impor. "Saya punya pabrik tekstil, tenun sekarang pusing juga beli benang, ngitungnya dolar AS," tambah dia.

Langkah-langkah antisipatif yang sejauh ini sudah diambil pengusaha salah satu lebih hati-hati dalam melakukan produksi di sektor usaha masing-masing.

"Secara umum memang respons kehati-hatian kan menimbulkan dampak menurunkan produksi, menurunkan yang jelas produksi pasti mereka kalkulasi lagi karena biayanya kan jadi mahal," jelas dia.

Selain itu, pengusaha juga mulai melakukan efisiensi. Diharapkan efisiensi yang dilakukan dapat membantu pengusaha untuk bertahan di tengah melemahnya dolar AS.

"Mereka mulai lakukan efisiensi di segala bidang. Jadi produksi turun, efisiensi di tempat-tempat lainnya juga akan dilihat lagi. Semua pengeluaran akan direview semua. Itu yang kita khawatir akhirnya ekonominya bisa semuanya melambat," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Industri Pakan Makin Sengsara

Sebelumnya, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin memberatkan industri pakan ternak nasional. Untuk itu pemerintah diminta segera mencari solusi agar produk pakan dari industri dalam negeri bisa bersaing.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo mengatakan, nilai tukar rupiah yang saat ini berada di kisaran Rp 14.400 per dolar AS jauh di atas perkiraan pelaku industri. Hal ini membuat industri semakin sengsara antaran sebagian besar bahan baku produksinya masih berasal dari impor.

"Hitungan kemarin kan Rp 13.600, sekarang Rp 14.300. Semakin rendah exchange rate-nya semakin baik. Karena itu kan dari impor, impor berlaku dolar. Jadi semakin dolar menguat semakin sengsara industri ini," ujar dia di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Rabu (4/7/2018).

Oleh sebab itu, lanjut dia, pemerintah harus segera mencari solusi agar industri bisa terus beroperasi. salah satunya dengan menurunkan bea masuk bahan baku pakan impor.

"(Penurunan tarif bea masuk) Itu akan sangat membantu. (Bea masuk bungkil kedelai) 5 persen. Akan sangat membantu karena pemakaiannya 25 persen dalam pakan ayam," kata dia.

Selain itu, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) dinilai juga perlu mengeluarkan kebijakan yang lebih efektif untuk meredam pelemahan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.