Sukses

Nelayan Aceh Takut Pakai Kapal Bantuan KKP, Mengapa?

2 unit kapal dari 10 unit yang berbahan dasar fiber dikelola oleh kelompok Sejahtera asal Kecamatan Mereubo.

Liputan6.com, Jakarta - Nelayan di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh tidak bersedia menggunakan armada kapal motor bantuan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). Alasannya, mereka tidak terbiasa memakai kapal berbahan dari fiber.

Tokoh nelayan Aceh Barat, Abu Samah di Meulaboh, Rabu mengatakan, armada bantuan KKP yang sudah sampai untuk beberapa kelompok nelayan di daerah setempat belum dioperasikan karena nelayan takut akan risiko dan keselamatan.

"Spesifkasi kapal juga tidak sesuai dengan model dan gaya melaut kelompok nelayan ada di Aceh Barat. Kalau nelayan daerah kita, kapal yang biasa digunakan terbuat dari papan atau kayu, bukan berbahan fiber, itu yang membuat khawatir," jelasnya dikutip dari Antara, Kamis (5/7/2018).

KKP menyalurkan bantuan beberapa unit armada kapal motor kepada koperasi-koperasi nelayan di daerah setempat dan telah sampai ke daerah itu pada April 2018, namun belum dioperasionalkan karena beberapa kendala di lapangan.

Sebagai salah satu ketua kelompok penerima manfaat, Abu Samah, menuturkan, nelayan belum berani menggunakan kapal tersebut karena dinilai tidak sesuai bahan pembuatan kapal tersebut yang membuat mereka lebih khawatir.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Alat Tangkap

Ia menerangkan, nelayan juga masih menunggu bantuan alat penangkapan ikan (API) dari Kementrian KP yang akan diserahkan bersamaan dengan kapal tersebut, namun saat ini bantuan alat tangkap itu belum sampai kepada kelompok usaha nelayan itu.

"Selain karena spesifikasi kapal, kami juga sampai sekarang masih menunggu alat tangkapnya, bagaimana kita hendak melaut kalau alat tangkap tidak ada, katanya bantuan ini komplit dengan alat tangkap berupa jaring yang sesuai anjuran," jelasnya.

Lebih lanjut disampaikan, dua unit kapal dari 10 unit yang berbahan dasar fiber/roving (Serar Kasar) dikelola oleh kelompok Sejahtera asal Kecamatan Mereubo tersebut hanya terparkir d iatas lumpur pinggiran Sungai Mereubo dan terbengkalai tanpa perawatan.

Selain itu, jika dioperasikan para nelayan takut hanya mengeluarkan modal yang lebih besar daripada hasil yang dibawa pulang nantinya, sebab kapal tersebut tidak bisa berlayar dengan jarak tempuh yang biasanya mereka gunakan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.