Sukses

Pelemahan Rupiah Hampir Tembus 14.300 per Dolar AS, Apa Langkah BI?

Ketegangan sektor perdagangan global dan prospek kenaikan suku bunga AS adalah kombinasi mematikan bagi rupiah.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah usai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018. Rupiah bakal tembus level 14.250 per dolar AS.

Mengutip Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), Kamis (28/6/2018), rupiah dipatok di angka 14.271 per dolar AS. Patokan ini melemah dibanding pada 26 Juni 2018 yang tercatat 14.163 per dolar AS.

Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga, menjelaskan, ketegangan sektor perdagangan global dan prospek kenaikan suku bunga AS adalah kombinasi mematikan bagi mata uang pasar berkembang.

"Rupiah sangat melemah terhadap dolar AS yang secara umum menguat pada perdagangan hari Kamis," kata dia.

Dolar AS sangat terangkat oleh prospek kenaikan suku bunga Bank Sentral AS dan ketidakpastian geopolitik sehingga selera terhadap mata uang berisiko pun melemah.

"Rupiah tetap terancam terus melemah," kata dia.

Perhatian investor akan tertuju pada rapat kebijakan Bank Indonesia yang akan diumumkan pada Jumat besok untuk melihat apakah BI akan kembali meningkatkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin lagi.

Perlu diperhatikan bahwa Bank Indonesia telah melakukan dua kali kenaikan suku bunga di Mei sebagai upaya untuk menyelamatkan rupiah dari apresiasi dolar serta menarik arus masuk modal.

Karena depresiasi rupiah terutama terjadi karena faktor eksternal, BI mungkin memperketat kebijakan lagi untuk membantu mata uang domestik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perang Dagang

 

"Belum beranjaknya sentimen yang sama dari sebelumnya terkait dengan potensi terjadinya perang dagang antara AS dan Tiongkok membuat laju pergerakan rupiah terimbas pergerakan valas global," kata analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada dikutip dari Antara.

Para pelaku pasar, ia melanjutkan, beralih ke mata uang safe haven selain dolar AS, seperti yen Jepang seiring kekhawatiran perang dagang AS-Tiongkok akan mengganggu volatilitas dolar AS dan yuan/renminbi China.

"Sementara itu, dari dalam negeri, selain dari minimnya sentimen, adanya pernyataan kontradiksi dari Menko Perekonomian Darmin Nasution yang pesimistis pertumbuhan ekonomi kuartal dua 2018 tidak akan mencapai 5,2 persen menahan laju rupiah," ujar Reza.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua dapat mencapai 5,2 persen atau lebih baik dari kuartal pertama sebesar 5,06 persen.

Rupiah diperkirakan masih cenderung bergerak melemah seiring masih minimnya sentimen dari dalam negeri yang dapat mengangkat rupiah.

Meningkatnya minat pelaku pasar terhadap mata uang safe haven selain Dolar AS untuk mengantisipasi sentimen perang dagang AS-Tiongkok dikhawatirkan ikut membuat rupiah kembali melemah.

Hari ini rupiah diestimasi bergerak dengan kisaran support 14.180 per dolar AS dan resisten 14.166 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.