Sukses

Sontek, 7 Jurus Jitu Tukang Cukur Ini Sukses Berbisnis

Berikut beberapa hal yang dilakukan Nick saat bangun bisnisnya, sehingga dapat sukses bersaing.

Liputan6.com, Jakarta - Ruangan berpendingin udara itu cukup lapang dan sangat nyaman. Apalagi dengan hiasan beberapa tanaman hidup dalam pot-pot.

Mirip dengan rumah-rumah asri yang menekankan unsur ketenangan, kesejukan, dan kenyamanan pada umumnya.

Saat mata kita menyambar beberapa peranti cukur rambut lengkap dengan model-model rambut paling mutakhir yang tergantung di dinding ruangan, barulah kita sadar jika itu bukan ruangan biasa.

Terlebih saat pandangan mata kita mendarat pada sosok laki-laki muda yang duduk tenang di atas kursi hidrolis. Bagian depan tubuhnya diselimuti kain hitam tipis. Sementara Nick, sapaan akrab untuk Nikasius Dirgahayu, berdiri di belakang laki-laki muda tersebut.

Nick dengan telaten merapihkan potongan rambut anak muda tersebut. Dia memerhatikan detil demi detil setiap potongan rambut yang dibuat untuk costumer-nya. Keduanya tampak akrab. Sesekali mereka berbincang sambil ditingkahi tawa.

Belakangan, Nick mengaku jika anak muda tersebut adalah salah satu loyal customer yang rutin mengunjungi barbershop miliknya.

Berpenampilan bersahaja, ramah, dan humoris, ternyata jebolan Institut Kesenian Jakarta ini menekuni profesi barberman sejak 2012.

Pekerjaannya di salah satu agency pun ditinggalkan demi menjalani profesi yang bagi sebagian orang, kurang mendapat perhatian. Bahkan, dipandang sebelah mata.

"Demi menekuni profesi sebagai barberman, saya meninggalkan jabatan saya selama satu tahun sebagai Project Manager di salah satu agency. Padahal, gaji saya waktu itu lumayan, mendapat fasilitas mobil, dan lainnya,” ungkap dia pada Wormtraders.

Rupanya, sejak masih duduk di bangku kuliah pada 2008, Nick kerap diminta mencukur rambut teman-temannya. Ia belajar mencukur rambut secara otodidak melalu media sosial.

Perlahan, teman-temannya mempromosikan hasil cukurannya kepada lebih banyak orang. Banyak yang suka dengan hasil cukurannya. Tercetuslah kemudian ide Nick membuat layanan cukur panggilan, khusus laki-laki.

"Awalnya, saya tidak mematok tarif pada tiap orang yang saya cukur rambutnya. Paling cuma di kasih jajan," ungkapnya tertawa kecil.

 

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Harus Booking dan Sangat Terbatas

Ternyata, tidak sembarangan untuk mendapatkan layanan gunting rambut dari Nick yang juga kerap tampil sebagai pembicara dalam beberapa kesempatan. Bahkan, sosok berpenampilan garang namun ramah ini juga cukup kondang di negara tetangga, Singapura.

Pelanggan setia di Nick The Barbership yang berlokasi di Ruko Grand Wijaya Center, Jakarta Selatan itu pun rupanya harus booking terlebih dahulu.

Minimal harus bikin janji sehari sebelumnya. Alhasil, janji gunting rambut pukul 10.00 WIB pun disepakati. Selanjutnya, Nick akan melayani customer lainnya pada pukul 13.00 WIB.

Selesai membersihkan kursi barber dengan kuas usai prosesi potong rambut, Nick mulai membuka perbincangan. "Kalau sama customer kita harus akrab dan membuat mereka nyaman. Interaksi itu penting," itulah kalimat pertama yang dilontarkan Nick.

Selanjutnya, perbincangan mengalir penuh keakraban. Kendati makin banyak pelanggan, Nick hanya menerima jasa potong rambut sebanyak enam orang. Alasannya cukup sederhana, agar dia bisa menikmati waktu istirahat dan melakukan kegiatan lainnya.

Jika ditanyakan bagaimana kemudian dia sukses bertahan, bahkan menang, di tengah persaingan bisnis yang kian tinggi, jawabannya terletak pada kreativitas dan inovasi.

3 dari 6 halaman

Tips Membangun Bisnis

Berikut beberapa hal yang dilakukan Nick dalam membangun bisnisnya, seperti dikutip dari Wormtraders.com:

1. Pasar yang jelas

Menurut Nick, pangkas rambut tradisional pada dasarnya sama dengan barbershop. Perbedaan hanya pada fasilitas penunjang saja. Di barbershop, pelanggan merasa lebih nyaman dan sejuk ber-AC. Tersedia pula produk grooming untuk menunjang tatanan rambut.

Dalam menjalankan usahanya ini, Nick menyasar golongan menengah ke atas. Karena dari segi harga, tarifnya lebih mahal dibandingkan barbershop pada umumnya. Selain biaya cukur sebesar Rp 150 ribu per kepala, ada tambahan biaya transportasi jika dia dipanggil mencukur secara online, yakni Rp 10.000 per 1 kilometer.

2. Inovasi layanan

Selanjutnya, di tengah persaingan bisnis cukur rambut laki-laki yang kian menjamur, muncul sebuah inovasi layanan, yakni barber delivery haircut. “Saya memberikan layanan cukur untuk orang-orang yang tidak ingin repot mengantre di barbershop atau terjebak macet. Jadi, mereka bisa dicukur sambil santai-santai di rumah atau kantor,” jelasnya.

Asal tahu saja, tak jarang biaya transportasi ini justru lebih tinggi daripada jasa cukur. Terutama apabila pelanggannya tinggal di daerah yang jauh dari tempat tinggalnya di kawasan Tebet.

4 dari 6 halaman

3. Melakukan bisnis lain bersamaan

"Pekerjaan yang saya jalani ini bisa lebih fleksibel. Kalau tidak ada yang cukur, saya bisa mengerjakan hal lainnya, seperti berjualan online. Jadi, waktunya tidak terbuang percuma dengan menunggu pelanggan di barbershop," ujar dia.

Selain melayani cukur panggilan, Nick biasanya juga ikut buka gerai pop-up di pameran otomotif. Ia pun memiliki jam kerja yang dimulai pada pukul 10.00 dan berakhir pada pukul 20.00 WIB.

Dalam sebulan, Nick mengaku bisa mencukur 120 lebih kepala. Artinya, dalam satu bulan penghasilan Nick bisa mencapai minimal Rp 18 jutaan hanya dari jasa mencukur. Pendapatan itu belum termasuk keuntungan yang diraihnya dari biaya transportasi.

"Bisnis ini menurut saya akan terus berkembang, karena cukur rambut itu sudah menjadi sebuah kebutuhan. Apalagi, kalau hasil cukuran kita membuat puas konsumen, pasti berikutnya dia akan menggunakan jasa kita kembali," ujar barber yang sempat di-endorse beberapa produk ini.

4. Maksimalkan promosi lewat Instagram

Untuk mempromosikan dirinya, Nick memanfaatkan media sosial Instagram. Pada media tersebut, tak lupa ia tampilkan beberapa foto contoh guntingan rambut hasil kreasinya agar lebih menarik minat konsumen.

"Selama ini promosinya memang hanya lewat mulut ke mulut dan menggunakan Instagram. Itu saja sudah membuat saya kewalahan melayani permintaan konsumen. Makanya saat ini saya juga memberlakukan aturan booking satu atau dua hari sebelumnya," ungkap dia.

5 dari 6 halaman

5. Keramahan dan kenyamanan hal utama

Menurut Nick, semua pengunjung yang datang ke barbershop miliknya akan diperlakukan dengan nyaman dan familiar. Selain itu, di barbershop-nya juga memberikan pelayanan khusus untuk rambut wajah, seperti kumis dan jenggot yang spesial.

6. Ikuti gaya terbaru

Nick yang memahami gaya rambut terkini selalu memotong rambut pelanggan sesuai bentuk kepala dan wajah. Itulah nilai tambah Nick di mata para pelanggan.

6 dari 6 halaman

7. Kebersihan peralatan

Selain itu, Nick juga sangat memerhatikan unsur higienis yang membuat barbershop-nya memiliki nilai eksklusif. "Semua alat dipastikan bersih terlebih dahulu sebelum digunakan. Jadi higienis itu penting," tegas dia.

Saat ini, Nick belum berencana merekrut pegawai di barbershop. Ia masih lebih suka mengerjakan seorang diri. Sebagian penghasilan yang didapat dia investasikan untuk membeli peralatan barbershop.

"Bangku barbershop ini cukup mahal. Model begini bisa mencapai Rp 4-12 jutaan. Kursi barbershop hidrolis ini menjadi salah satu ciri khas yang harus ada di setiap barbershop. Di luar negeri perlengkapan barbershop juga cukup mahal," ungkap Nick yang pernah mengunjungi beberapa negara hanya untuk mengobservasi barbershop dan belajar dari para barberman kelas dunia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.