Sukses

Inflasi terkendali, Rupiah Mampu Menguat Tipis

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.875 per dolar AS hingga 13.896 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Selasa ini. Angka inflasi yang terkendali menjadi salah satu pendorong penguatan rupiah.

Mengutip Bloomberg, Selasa (5/6/2018), rupiah dibuka di angka 13.875 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.878 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.875 per dolar AS hingga 13.896 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,42 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.887 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.872 per dolar AS.

Chief Market Strategist FXTM Hussein Sayed menjelaskan, Salah satu pendorong penguatan rupiah pada perdagangan hari ini adalah angka inflasi yang terkendali.

Angka inflasi pada Mei 2018 tercatat 3,23 persen (YoY). Angka tersebut di bawah prediksi pelaku pasar yang ada di angka 3,50 persen dan menurun dari level tahunan di bulan April yaitu 3,41 persen.

"Inflasi masih aman di rentang target tahunan Bank Indonesia yaitu 2,5 persen hingga 4,5 persen dan rupiah mulai menguat," jelas dia.

BI mungkin kembali ke posisi kebijakan netral sebelum akhir tahun. Ada kemungkinan bahwa Bank Indonesia akan melaksanakan kenaikan suku bunga terakhir di bulan Juni untuk membantu rupiah menghadapi kenaikan suku bunga AS dan apresiasi dolar AS.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Prediksi Gerak Rupiah

Sebelumnya, nilai tukar rupiah diprediksi masih di kisaran 14.000 per dolar Amerika Serikat pada Juni 2018. Kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve masih menjadi sentimen memengaruhi rupiah.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, menuturkan, rupiah masih akan berada di posisi 13.900-14.000 per dolar AS. Pelaku pasar menanti hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) pada 12-13 Juni 2018. Diperkirakan, bank sentral AS atau the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan tersebut.

“Masih ada FOMC. Dari notulensi pada pertemuan Mei cenderung dovish. Pasar perkirakan ada kenaikan suku bunga satu kali lagi pada Juni 2018. Diperkirakan kenaikan suku bunga the Federal Reserve sebanyak tiga kali pada 2018. Ini topang dolar Amerika Serikat,” ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com.

Josua menuturkan, rupiah berpeluang sedikit melemah dengan ada sentimen tersebut. Dari dalam negeri, musim pembayaran dividen akan berakhir. Sentimen tersebut akan menopang rupiah sehingga tidak tertekan dalam. Pelaku pasar pun menanti rilis data ekonomi antara lain neraca perdagangan dan transaksi berjalan.

Selain itu, langkah Bank Indonesia (BI) menggelar rapat tambahan pada 30 Mei 2018, dan diperkirakan menaikkan suku bunga sekitar 25 basis poin dinilai akan stabilkan rupiah.

“Kemungkinan menaikkan suku bunga untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Ini juga mengantisipasi hasil pertemuan the Federal Reserve pada 12-13 Juni 2018,” ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.