Sukses

Kena Skandal, Bank Terbesar di Australia Ini Dapat Denda Rp 7,4 Triliun

Commonwealth Bank of Australia (CBA) akan bayar denda perusahaan terbesar dalam sepanjang sejarah Australia.

Liputan6.com, Hong Kong - Commonwealth Bank of Australia (CBA) akan bayar denda perusahaan terbesar dalam sepanjang sejarah Australia. Hal itu karena memungkinkan geng narkoba untuk pencucian uang.

Rekor denda untuk bank terbesar di Australia tersebut merupakan pukulan bagi sektor keuangan di Australia yang telah diguncang oleh serangkaian skandal baru-baru ini.

Austrac, regulator yang fokus pada sektor keuangan menyatakan CBA akan membayar 700 juta dolar Australia atau sekitar USD 534 juta (setara Rp 7,4 triliun dengan asumsi kurs Rp 13.871 per dolar AS) untuk selesaikan gugatan setelah bank mengakui gagal mematuhi undang-undang (UU) untuk mencegah pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Antara 2012-2015, CBA gagal melaporkan lebih dari 53.000 transaksi mencurigakan menggunakan ATM kepada pihak berwenang dengan tepat waktu. Geng narkoba mencuci uang dengan mengambil keuntungan dari celah memungkinkan deposito anonim dengan jumlah besar ke rekening CBA. Hal tersebut disampaikan Austrac.

"Seperti yang kita lihat dalam kasus ini, para penjahat akan eksploitasi praktik bisnis yang buruk untuk cuci hasil kejahatan mereka,” ujar CEO Austrac Nicole Rose, seperti dikutip dari laman CNN Money, Selasa (5/6/2018).

"Ini memiliki dampak nyata terhadap kehidupan sehari-hari warga Australia dan menempatkan masyarakat pada risiko dengan meningkatkan peluang bagi teroris dan memungkingkan kelompok kejahatan terorganisasi," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Commonwealth Bank Minta Maaf

Austrac mulai mengambil tindakan terhadap bank tersebut pada 10 bulan lalu. Pembayaran denda oleh CBA tergantung pada penyelesaian yang diterima oleh pengadilan federal Australia.

“Meskipun tidak disengaja, kami sangat hargai keseriusan kesalahan yang kami buat. Kesepakatan kami hari ini adalah pengakuan jelas atas kegagalan kami dan merupakan langkah penting memajukan bank. Saya minta maaf kepada masyarakat karena mengecewakan mereka,” ujar CEO CBA Matt Comyn.

CBA menyalahkan kegagalan untuk melaporkan transaksi yang mencurigakan tepat waktu kesalahan pengkodean di sistem komputernya.

Ini merupakan pukulan kedua bagi bank tersebut. Adanya sentimen negatif mendorong saham CBA turun 13 persen sepanjang tahun berjalan 2018. Pada April, CBA mengakui memungut biaya kepada klien yang diketahui telah meninggal tahun sebelumnya.

Bank tersebut mengatakan kepada Royal Commission kalau praktik penagihan klien yang sudah meninggal untuk nasihat keuangan kembali terjadi bertahun-tahun. Contohnya, seorang penasihan keuangan bank mengumpulkan biaya klien lebih dari satu dekade setelah mereka meninggal.

Royal commission membentuk penyelidikan publik tertinggi di Australia. Hal itu diperintahkan Perdana Menteri Australia Malcom Turnbull pada akhir 2017 sebagai upaya pulihkan kepercayaan publik di sektor keuangan. Komisi ini akan serahkan temuannya kepada pemerintah pada Februari 2019.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.