Sukses

Bursa Asia Menguat Tipis Terpicu Laporan Data Pekerjaan AS

Data pemerintah menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS pada Mei dan tingkat pengangguran turun ke terendah 18 tahun dari posisi 3,8 persen.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia menguat tipis pada perdagangan di awal pekan ini, terpicu laporan data pekerjaan AS yang menguat mengimbangi kekhawatiran bahwa perang tarif antara Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia dapat menyeret pertumbuhan ekonomi global menjadi lebih rendah.

Melansir laman Reuters, Senin (4/6/2018), indeks MSCI saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,3 persen. Sementara indeks Nikkei Jepang menguat 1,0 persen.

Di akhir pekan lalu, Wall Street menguat dipicu lonjakan saham teknologi AS, mendorong Nasdaq Composite naik 1,51 persen menjadi 7.554, mendekati rekor penutupan tertinggi 7.588 pada bulan Maret.

Pasar di Asia kali ini, antara lain dipengaruhi para pemimpin keuangan sekutu terdekat Amerika Serikat yang melampiaskan kemarahannya terkait pengenaan tarif impor logam oleh Presiden Donald Trump. Negara-negara tersebut menyiapkan pertempuran melawan AS pada KTT G7 yang rencananya berlangsung pekan depan di Quebec.

Enam negara anggota G7 mengeluarkan pernyataan yang meminta Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin untuk menyampaikan keprihatinan dan kekecewaan mereka tentang pengenaan tarif kepada Presiden Donald Trump.

"KTT G7 akhir pekan ini bisa tampak mengerikan. Bahkan ada pembicaraan bahwa Trump tidak boleh datang. Kekhawatiran tentang gesekan perdagangan kemungkinan akan terus membebani pasar,  kata Norihiro Fujito, Ahli Strategi Investasi Senior Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.

Namun, perekonomian AS tidak dapat disangkal menguat saat ini. Data pemerintah menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS pada Mei dan tingkat pengangguran turun ke terendah 18 tahun dari posisi 3,8 persen. Ini menunjukkan kondisi pasar kerja yang bergerak cepat, yang berdampak ke inflasi.

Laporan ketenagakerjaan yang menguat juga diikuti serangkaian data ekonomi yang optimis, termasuk belanja konsumen, produksi industri dan belanja konstruksi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mata Uang

Penguatan ekonomi AS, diprediksi akan mendorong Federal Reserve kembali menaikkan suku bunga saat pertemuan pada minggu depan. Hal ini akan mendukung dolar terhadap mata uang lainnya.

Adapun Dolar AS diperdagangkan pada posisi 109,50 terhadap Yen, setelah naik 0,6 persen pada hari Jumat, memperpanjang rebound dari posisi terendah pada Selasa sebesar 108,115, yang merupakan level terendah dalam lebih dari lima minggu.

Sementara Euro diperdagangkan pada posisi 1,1665 terhadap Dolar AS, dari posisi tertinggi di Kamis sebesar 1,1725.

Adapun harga minyak mentah berjangka AS turun ke level US$ 65,51 per barel pada hari Jumat, menyentuh level terendahnya dalam hampir dua bulan.

Ini seiring pertumbuhan produksi minyak mentah AS. Harga minyak terakhir diperdagangkan pada posisi US$ 65,85 per barel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagai dalam pe

    Saham

  • Bursa Asia

Video Terkini