Sukses

Menko Darmin: Berlebihan jika Dolar Menguat Disimpulkan Terjadi Krisis

Ada banyak faktor yang menjadi penentu terjadinya krisis.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution meminta masyarakat tidak berasumsi Indonesia akan kembali mengalami krisis. Hal ini menyusul pelemahan nilai tukar rupiah yang telah menembus angka 14.200 per dolar Amerika Serikat (AS).

Darmin mengungkapkan, pelemahan nilai tukar yang terjadi belakangan ini tidak bisa secara otomatis disebut sebagai tanda masuknya Indonesia ke dalam fase krisis.

‎"Sebetulnya kalau ngomong lampu kuning ya agak berlebihanlah. Jangan kurs dolar bergerak, kemudian disimpulkan sudah mau krisis," ujar dia di Gedung MA, Jakarta, Kamis (24/5/2018).

Menurut dia, ada banyak faktor yang menjadi penentu terjadinya krisis. Selain nilai tukar, kondisi di sektor riil juga jadi penentu apakah perekonomian sebuah negara masuk ke fase krisis.

"Kalau krisis itu sektor rillnya juga harus goyang. Yang kemudian memberi dampak pada sektor moneter. Ini masih belumlah," kata dia.

Namun demikian, lanjut Darmin, pemerintah tetap akan memberikan perhatian terhadap gejolak nilai tukar rupiah. Dia berharap rupiah bisa segera kembali ke level normal.

"Tapi memang situasinya ya harus tetap diperhatikan, harus tetap dimonitor. Ya itu sepakat," tandas dia.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rupiah Sentuh 14.202 per dolar AS, IHSG Menguat 41,61 Poin

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak perkasa di awal sesi perdagangan. Gerak IHSG ikuti laju bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang menghijau.

Pada pra-pembukaan perdagangan saham, Kamis (24/5/2018), IHSG naik 41,61 poin atau 0,72 persen ke posisi 5.833,61. Pada pembukaan perdagangan saham pukul 09.00 WIB, IHSG menanjak 47,19 poin atau 0,81 persen ke posisi 5.839,19. Indeks saham LQ45 naik 1,53 persen ke posisi 936,75. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.

Sebanyak 118 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. Kemudian 116 saham lainnya diam di tempat, sementara 33 saham melemah. Pada awal sesi, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.859,27 dan terendah 5.833,35.

Total frekuensi perdagangan saham 12.018 kali dengan volume perdagangan 262,2 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 295,6 miliar. Investor asing beli saham Rp 105,08 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat di kisaran Rp 14.201.

Sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham tambang melemah 0,06 persen. Sektor saham aneka industri naik 2,29 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham keuangan menguat 2,21 persen dan sektor saham manufaktur menanjak 1,31 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham BWPT naik 7,22 persen ke posisi Rp 208 per saham, saham HRUM menanjak 6,3 persen ke posisi Rp 2.870 per saham, dan saham CAMP menguat 5,06 persen ke posisi Rp 374 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham FREN turun 4,46 persen ke posisi Rp 107 per saham saham BCIP merosot 3,39 persen ke posisi Rp 114 per saham, dan saham ABBA tergelincir 3,17 persen ke posisi Rp 61 per saham.

Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,18 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi tergelincir 0,44 persen, indeks saham Jepang Nikkei susut 1,12 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul indeks saham Shanghai melemah 0,10 persen. Sementara itu, indeks saham Singapura naik 0,18 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 0,18 persen.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.