Sukses

Gubernur BI: 4 Hal yang Harus Diperbaiki untuk Tingkatkan Perekonomian RI

Dari empat hal tersebut, salah satunya telah dilaksanakan yakni sektor infrastruktur.

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyatakan, ada empat hal yang harus pemerintah perbaiki demi meningkatkan perekonomian negara. Dari empat hal tersebut, salah satunya telah dilaksanakan yakni infrastruktur.

Dia menyampaikan, masih ada tiga aspek lain yang pemerintah harus lebih tingkatkan, yaitu sumber daya manusia, kelembagaan dan juga upaya untuk terus berinovasi.

"Kalau ini semua dijalankan, kita bisa tumbuh di kisaran atau di atas 6 persen, sehingga tidak terjadi overheating," kata dia di Jakarta, Selasa (22/5/2018).

Namun begitu, ia menilai, pembangunan sektor infrastruktur pun belum sepenuhnya bisa digulirkan dengan baik. Itu karena dana pembiayaan masih terlalu bergantung kepada perbankan.

"Sumber dana keuangan kita masih cetek. Kita masih andalkan bank, sementara uang pinjaman dari bank itu maksimum untuk membiayai infrastruktur antara 7-10 tahun. Padahal kebutuhan infrastruktur harus 20 tahun," jelasnya.

Selain itu, dia mengimbau agar sistem digitalisasi ekonomi seperti financial technology jangan terlalu didorong, dengan alasan yang cukup unik. "Karena banyak rakyat yang masih mau pegang bank notes," ujar dia.

Meskipun demikian, Agus setuju untuk memangkas Net Interest Margin (NIM). Menurutnya, NIM idealnya berada di kisaran 2,5 persen sehingga mendorong bank lokal berinvestasi di luar negeri.

"Semua orang mau bikin bank dan enggak mau investasi di luar negeri karena NIM 5 persen. Net Interest Margin idealnya di 2,5 persen, dan itu ada kewenangan Bank Indonesia di undang-undangnya seputar pengawasan makroprudensial," tukas Agus.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Di Hadapan DPR, Bos BI Paparkan Tantangan yang Dihadapi dalam 5 Tahun

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyampaikan laporan terkait pencapaian kinerja bank sentral selama periode 2013-2018 dalam rapat kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI di Gedung Nusantara I.

Dalam penyampaian tersebut, dipaparkan berbagai tantangan yang harus dihadapi BI selama lima tahun ke belakang. Agus Martowardojo mengatakan, ini adalah pelaporan terakhir ia beserta kabinet kerjanya di depan para wakil rakyat sebelum mengakhiri masa tugasnya pada Rabu 23 Mei 2018.

"Kita awalnya disumpah oleh DPR RI untuk memegang jabatan di Bank Indonesia pada 24 Mei 2013. Besok merupakan hari terakhir kami bertugas. Kami akan mengakhiri jabatan di Bank Indonesia," kata dia di Gedung Nusantara I, Jakarta, Selasa (22/5/2018).

Saat pemaparan, dia menyampaikan mengenai akuntabilitas pelaksanaan tugas Agus beserta kabinet kerjanya di BI dari 2013 sampai 2015. Dia mengungkapkan harus mengalami masa-masa awal kerja yang sulit. Hal itu mengingat pada 2013 situasi ekonomi dunia terbilang cukup sulit.

"Berselang dua hari menjabat sebagai Gubernur BK, The Fed memberikan kebijakan longgar sehingga suku bunga meningkat 0 persen hingga 0,25 persen selama lebih tujuh tahun," ujar dia.

Tantangan ekonomi lainnya, ia melanjutkan, yakni ada pelemahan nilai tukar Rupiah akibat aliran modal asing yang tinggi pada Mei-Agustus 2013. Dia menyebutkan, hadirnya ekonomi digital dalam bentuk Financial Technology (Fintech) juga awalnya sempat menjadi kendala tersendiri.

Selain memberikan dampak positif, Agus Martowardojo beranggapan, terdapat pula berbagai pengaruh negatif khususnya bagi bidang ekonomi yang masih konvensional.

"Selain ada dampak positifnya, ada juga dampak negatif seperti mempersempit pembukaan lapangan kerja dan terhadap ekonomi konvensional. Dengan adanya fintech, cybercrime pun harus terus diwaspadai agar sistem moneter bisa terjaga," tutur Agus.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.