Sukses

AS-China Tunda Perang Dagang Bawa Wall Street Menguat

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada akhir pekan lalu, menyatakan kedua negara telah menunda kemungkinan terjadinya perang dagang.

Liputan6.com, New York - Wall Street ditutup menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Kenaikan saham industri mendorong Dow ke penutupan tertinggi dalam dua bulan, setelah AS dan China memutuskan untuk menunda perang dagang di antara keduanya.

Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 298,2 poin, atau 1,21 persen menjadi 25.013,29. Sementara indeks S & P 500 naik 20,04 poin, atau 0,74 persen, menjadi 2,733,01. Dan Nasdaq Composite bertambah 39,70 poin, atau 0,54 persen, menjadi 7.394,04. 

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada akhir pekan lalu, menyatakan kedua negara telah menunda kemungkinan terjadinya perang dagang dan setuju untuk mengadakan pembicaraan lebih banyak untuk meningkatkan ekspor AS ke China.

Kondisi ini mendorong pasar saham menguat, di mana saat pembukaan Dow Jones Industrial Average memimpin perdagangan.

Mnuchin mengatakan pada hari Minggu bahwa Amerika Serikat dan China telah sepakat untuk menunda pelaksanaan ancaman penerapan tarif di antara kedua negara.  Bahkan China memuji meredanya ketegangan yang terjadi.

"Berita besar selama akhir pekan adalah bahwa perang perdagangan bisa dihindari, namun kami tetap melihat bahwa akan ada berita negatif yang keluar dari hasil diskusi kedua negara," kata Bucky Hellwig, Wakil Presiden Senior BB & T Wealth Management di Birmingham, Alabama.

Meski demikian, dia mengaku melihat perusahaan yang melakukan lebih banyak bisnis internasional akan berjalan dengan baik.

Adapun saham sektor industri pada indeks S&P. naik 1,5 persen. Seperti saham Boeing Co (BA.N), yang menjual sekitar seperempat pesawat komersialnya ke pelanggan China, melonjak 3,6 persen. Itu adalah persentase kenaikan saham terbesar pada indeks Dow.

Demikian pula saham General Electric (GE.N) yang naik 1,9 persen. Ini usai perusahaan diketahui akan menggabungkan bisnis transportasi dengan pembuat peralatan rel Wabtec (WAB.N), yang sahamnya melonjak sekitar 3,5 persen.

Namun, tidak semua pemimpin bisnis di AS menyambut adanya gencatan senjata perdagangan China dan AS.Mereka memperingatkan bahwa Washington akan sulit membangun kembali momentum untuk mengatasi apa yang mereka pandang sebagai kebijakan China yang meresahkan.

Ini terlihat pada saham AK Steel (AKS.N) yang turun 5,1 persen dan US Steel (X.N) turun 3,8 persen setelah pengumuman soal gencatan perang perdagangan di akhir pekan.

Sekitar 5,8 miliar saham berpindah tangan di Wall Street. Itu lebih rendah dibandingkan dengan 6,6 miliar rata-rata harian selama 20 hari perdagangan terakhir, menurut data Thomson Reuters.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perdagangan Saham AS di Akhir Pekan Lalu

Wall Street berakhir melemah pada penutupan perdagangan pekan ini setelah sebelumnya sempat terombang-ambing antara dua wilayah. Saham sektor perbankan dan saham teknologi menjadi pemberat gerak indeks bursa di Amerika Serikat (AS) tersebut.

Mengutip Reuters, Sabtu (19/5/2018),Dow Jones Industrial Average bergerak mendatar dan mengakhiri sesi di 24,715.09. Untuk S&P 500 kehilangan 7,16 poin atau 0,26 persen menuju 2.712,97. Sedangkan Nasdaq Composite turun 28,13 poin atau 0,38 persen menjadi 7.354,34.

Secara mingguan, ketiga indeks utama tersebut membukukan kerugian karena pasar bereaksi negatif terhadap laporan dari pertemuan perdagangan antara AS dengan China. Selain itu, tekanan di pasar saham juga diakibatkan oleh kenaikan imbal hasil obligasi surat utang pemerintah AS dan kenaikan harga minyak dunia.

"Saya pikir semua orang tengah menunggu hasil pembicaraan perdagangan AS-China yang saat ini tengah berlangsung. Selain itu juga ada kecemasan di harga minyak," jelas analis Bruderman Asset Management, New York, AS, Oliver Pursche.

China membantah laporan dari beberapa pejabat AS bahwa mereka telah menawarkan paket kebijakan untuk memangkas defisit perdagangan AS hingga USD 200 miliar. Menurut China mereka masih melakukan diskusi untuk hasil yang lebih baik.

Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS berjangka waktu 10 tahun kembali ke level tertinggi hampir tujuh tahun yang didorong oleh meningkatnya kekhawatiran inflasi juga menjadi pemberat gerak Wall Street.

Meskipun bank biasanya mendapatkan keuntungan dari suku bunga yang lebih tinggi, tetapi saham JPMorgan Chase, Citigroup, Bank of America dan Wells Fargo semuanya rontok sehingga menekan indeks S&P Financial dan turum sebesar 0,9 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagai dalam pe

    Saham

  • Wall Street

Video Terkini