Sukses

Enam Saham RI Keluar dari Jajaran Indeks Global

Morgan Stanley Capital International (MSCI) kembali merilis daftar komposisi atau rebalancing saham yang menjadi pembentuk perhitungan indeks MSCI pada Mei 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Morgan Stanley Capital International (MSCI) kembali merilis daftar komposisi atau rebalancing saham yang menjadi pembentuk perhitungan indeks MSCI pada Mei 2018.

Adapun perubahan komposisi saham efektif pada 31 Mei 2018. Mengutip laman MSCI, seperti ditulis Rabu (16/5/2018), MSCI menambah satu saham dalam indeks MSCI Indonesia yang masuk MSCI Global Small Cap Inxes. Saham itu yaitu PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM).

Selain itu, MSCI juga keluarkan lima saham Indonesia antara lain PT Indofarma Tbk (INAF), PT Intiland Development Tbk (DILD), PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA), PT Totalindo Eka Persada Tbk, dan PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON).

Dalam jajaran MSCI Global Standard Index, MSCI menambah satu saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP). Sedangkan MSCI lepas saham PT XL Axiata Tbk (EXCL).

Kemungkinan sentimen itu menekan harga saham PT XL Axiata Tbk. Harga saham PT XL Axiata Tbk turun 7,89 persen ke posisi Rp 1.750 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 9.626 kali dengan nilai transaksi harian saham Rp 163,7 miliar.

MSCI juga umumkan kalau 234 saham perusahaan China akan ditambahkan ke indeks MSCI China.  Sejumlah 234 saham dari perusahaan China itu akan bertambah masing-masing dalam indeks MSCI China Index sekitar 1,26 persen dan MSCI Emerging Market Index sebesar 0,39 persen.

Direktur PT Panin Asset Management, Rudiyanto menilai, pelaku pasar merespons negatif tambahan saham China dalam indeks MSCI. Selama ini, menurut Rudiyanto masih ada simpang siur karena posisi saham China dalam indeks MSCI sudah sekitar 29 persen. Akan tetapi, saham itu merupakan saham perusahaan China yang terdaftar di bursa Hong Kong.

Sentimen itu mendorong IHSG melemah 109,03 poin atau 1,83 persen ke posisi 5.838,11.

"Ini merespons berita penambahan saham China dalam indeks MSCI. Tambahan dalam MSCI ini lebih kepada saham perusahaan China yang terdaftar di bursa China langsung,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

 Rudiyanto menambahkan, saham perusahaan China bertambah di indeks saham MSCI akan mengurangi bobot saham yang ada termasuk Indonesia. "Tapi harus diakui juga ada atau tidak ada penyesuaian bobot MSCI asing tetap net sell sejak awal tahun," ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jajaran Saham Masuk di Indeks Global

Sebelumnya, Morgan Stanley Capital International (MSCI) kembali rebalancing atau mengubah isi portofolio saham yang menjadi pembentuk perhitungan indeks MSCI. Rebalancing saham tersebut berlaku mulai 30 November 2017.

MSCI pun kembali memasukkan saham-saham asal Indonesia ke indeks MSCI global standard dan indeks MSCI global small cap. Selain itu juga ada saham-saham yang dihapus dalam indeks saham MSCI. Demikian mengutip dari indeks MSCI review, Selasa 14 November 2017.

Ada satu saham asal Indonesia yang masuk indeks MSCI Global Standard, dan tiga saham dihapus. Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) masuk dalam jajaran indeks saham global yaitu indeks MSCI Global Standard. Sedangkan saham-saham yang dihapus antara lain saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Sedangkan dalam jajaran indeks MSCI global small cap antara lain ada tujuh saham yang masuk jajaran indeks global tersebut, dan tujuh saham dihapus. Saham-saham yang masuk indeks saham jajaran global itu antara lain saham PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP), PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), PT Sentul City Tbk (BKSL), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS).

Sedangkan saham-saham yang dihapus antara lain PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), dan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA).

"Saham emiten masuk jajaran indeks MSCI melihat dari volume dan transaksi harian saham. Selain itu juga prospek ke depan itu jadi pertimbangan," ujar Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya saat dihubungi Liputan6.com.

Seperti diketahui, indeks saham MSCI merupakan indeks pasar global pertama yang dibuat pada 1968. Indeks ini memiliki lebih dari 100 ribu indeks. Indeks ini menjadi acuan bagi investor dan manajer investasi global. Biasanya MSCI melakukan rebalancing atau perubahan komposisi saham pada Mei dan November.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah  Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.