Sukses

Rizal Ramli: Banyak Dapat Proyek, Keuntungan BUMN Justru Merosot

Mantan Menko Bidang Kemaritimn Rizal Ramli menyoroti masalah pengelolaan sejumlah BUMN yang mengalami kerugian dan kinerja turun.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritimn Rizal Ramli menyoroti masalah pengelolaan sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengalami kerugian dan kinerja turun.

Padahal, selama ini banyak BUMN yang mendapatkan jatah untuk menggarap proyek-proyek pembangunan infrastruktur. Rizal mengatakan, langkah pemerintah dalam menggenjot pembangunan infrastruktur harus diapresiasi. Namun ada masalah-masalah yang juga harus dibenani dari proses pembangunan tersebut.

‎"Dalam bidang infrastruktur, kita harus fair kasih pujian ke pemerintah. Tapi bahwa dalam pelaksanaannya ada masalah. Pertama, cost-nya mahal. Kedua, di kasih kerjaannya sama BUMN," ‎ ujar dia dalam Forum Dialog HIPMI di Jakarta, Jumat (11/5/2018).

Namun sayangnya, lanjut Rizal Ramli, meski sudah mendapatkan proyek, namun masih banyak BUMN karya yang keuntungannya justru merosot.

"Di BUMN sudah pasti dapat kerjaan, pembiayaan dari negara, utangnya makin banyak, kreativitas BUMN-nya malah makin menurun. Jadi harusnya kerjaan ada, volume kerjaan naik, keuntungan naik.  Ini malah delosor.‎ Terutama itu yang dipimpin oleh preskom (presiden komisaris) Fajroel Rachman," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Rizal mengungkapkan, saat dirinya menjadi komisaris di BUMN, dia selalu mencari cara agar keuntungan yang diterima perusahaan pelat merah tersebut meningkat. Sebagai contoh saat menjadi komisaris utama PT Semen Gresik pada 2006 lalu.

"Rizal Ramli, jadi preskom Semen Gresik, untungnya naik dari Rp 800 miliar ke Rp 3,2 triliun. Jadi preskom BNI 46, saya ubah plannya, sehingga kredit growth kita dua kali rata-rata dari 12 persen naik ke 23 persen. Saya suruh revaluasi aset, ada tambahan modal Rp 3,1 triliun, kredit macet kita restructure, tahun itu keuntungan BNI paling tinggi dari bank Indonesia termasuk swasta, 87 persen revenue," ujar dia.

Namun demikian, Rizal tidak mau hanya menyalahkan satu pihak saja sebagai penyebab dari masalah kinerja keuangan di BUMN. Menurut dia, hal ini juga harus menjadi tanggung jawab Menteri BUMN Rini Soemarno.

"Nah BUMN-nya saya pikir juga ada something wrong. Pekerjaan ada, proyek pemerintah juga cukup bagus, pembayarannya telat-telat dikit tapi bayar, financing dibantu pemerintah semua, harusnya BUMN ini jadi raksasa. Ini malah utangnya naik, revenuenya makin kecil. Ini bukan salah direksi BUMN-nya, tapi  menteri BUMN-nya yang harus diganti. Begitu saja kok repot," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.