Sukses

Pupuk Indonesia Genjot Ekspor demi Kurangi Beban Pelemahan Rupiah

Pupuk Indonesia saat ini menggunakan gas bumi sebagai bahan baku pembuatan pupuk. Di sisi lain, pembelian gas menggunakan dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mempengaruhi dunia industri, terutama yang membutuhkan dolar AS dalam setiap produksi. Salah satunya industri pupuk, seperti PT Pupuk Indonesia (Persero).

Pupuk Indonesia saat ini menggunakan gas bumi sebagai bahan baku pembuatan pupuk. Di sisi lain, pembelian gas menggunakan dolar AS.

"Tentu pelemahan rupiah sangat berpengaruh karena bayar gas itu pakai dolar dan gas itu menjadi 70 persen dari cost kami," ungkap Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat di Kementerian BUMN, Selasa (8/5/2018).

Untuk mengurangi beban terhadap dolar AS tersebut, Aas mengaku akan mensiasati dengan meningkatkan pendapatan dari dolar AS. Salah satunya adalah pendapatan dari hasil ekspor.

Pada 2017, Pupuk Indonesia mengekspor sekitar 700 ribu ton. Sementara pada 2018, perusahaan mentargekan ekspor sekitar 800 ribu ton.

"Namun demikian, kita baru ekspor kalau kita sudah pastikan bahwa kebutuhan pupuk dalam negeri sudah terpenuhi. Sebagai BUMN kita tetap harus mengutamakan dalam negeri terlebih dahulu," ujar dia. (Yas)

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

JK: Rupiah Melemah, Pendapatan Ekspor RI Bakal Meningkat

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menjelaskan dampak positif dari nilai tukar rupiah melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) hingga menyentuh level 14.036. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tertekan dapat dongkrak pendapatan ekspor Indonesia.

"Jadi dengan sedikit pelan-pelan itu rupiah melemah itu berarti pendapatan ekspor kita akan lebih besar dan juga dalam negeri akan menjadi lebih pendapatannya naik," kata JK di Kantornya, Jl Merdeka Utara, Selasa 8 Mei 2018.

Di sisi lain, rupiah melemah akan berdampak dengan kenaikan harga-harga bahan baku impor. Akan tetapi, kata Jusuf Kalla hal tersebut bisa diselesaikan dengan mendorong beberapa pihak untuk memproduksi. 

"Di lain pihak memang akan terjadi kenaikan harga-harga yang bahan baku impor, tapi itu bisa diselesaikan dengan mendorong orang untuk produksi dalam akibat impor mahal," papar JK. 

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,  kata JK membuat pemerintah dan Bank Indonesia (BI) agar bisa mengambil langkah cepat. Jadi hal tersebut kata JK adalah tanggung jawab BI dan pemerintah. 

"Dalam hal moneter seperti itu, seperti kita tahu adalah tanggung jawab Bank Indonesia. Bank Indonesia bisa intervensi sehingga jangan tiba-tiba terlalu naik, kalau naik itu pelan-pelan dan juga kemudian sekitar Rp 14 ribu itu tugas BI dan pemerintah sepakat," kata JK.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.