Sukses

Rupiah Tembus 14.033 per Dolar AS, IHSG Koreksi 2 Persen

Sektor saham infrastruktur melemah 4,19 persen menekan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama Selasa pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tertekan selama sesi pertama perdagangan saham Selasa pekan ini.Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali tembus 14.000 menjadi sentimen negatif untuk IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, Selasa (8/5/2018), IHSG merosot 124,75 poin atau 2,12 persen ke posisi 5.760,34.Indeks saham LQ45 tergelincir 2,86 persen ke posisi 914,09. Seluruh indeks sahama cuan tertekan.

Sebanyak 270 saham melemah sehingga menekan IHSG. 70 saham menguat dan 98 saham diam di tempat. Pada sesi pertama, IHSGsempat berada di level tertinggi 5.866,07 dan terendah 5.752,07. Total frekuensi perdagangan saham 212.122 kali denganvolume perdagangan saham 6,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 3,7 triliun. Investor asing jual saham Rp 222,95 miliar.Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.875.

Sepuluh sektor saham melemah. Sektor saham infrastruktur melemah 4,19 persen, dan catatkan penurunan saham terbesar. Disusul sektor saham barang konumsi susut 3,14 persen dan sektor saham manufaktur melemah 2,58 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham BTPS naik 49,74 persen ke posisi Rp 1.460 per saham, saham INDR menguat 24,91 persenke posisi Rp 3.660 per saham, dan saham DFAM melonjak 20,75 persen ke posisi Rp 640 per saham.

Sementara itu, saham POLY merosot 9,09 persen ke posisi Rp 170 per saham, saham HMSP turun 6,2 persen ke posisi Rp 3.330 per saham,dan saham TLKM tergelincir 6,05 persen ke posisi Rp 3.570 per saham.

Sebagian bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 2,12 persen, indeks saham Thailandtergelincir 0,71 persen. Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei naik 0,12 persen, indeks saham Shanghai mendaki 1,01 persen,indeks saham Singapura menguat 0,41 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 0,67 persen.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan menuturkan, tekanan IHSG didorong rupiah tembus 14.000 per dolar AS.Nilai tukar rupiah di posisi 14.000 per dolar AS, menurut Alfred berpeluang bertahan lama. Alfred mengatakan, pelemahan rupiah berimbas terhadap kebutuhan impor. Namun belum banyak berpengaruh terhadap kinerja keuangan emiten.

"Pelemahan rupiah lebih ke psikologis. Jadi ada tekanan kuat terhadap ekonomi. Psikologis hal yang mengkhawatirkan.Meski stress level 20 ribu masi oke tapi sisi psikologis cukup lama selama dua tahun tidak tembus 14 ribu. Namun, pelemahan rupiah masih di bawah 10 persen," ujar Alfred saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menuturkan, pelemahan rupiah didorong faktor eksternal dan internal. Dari internal, data ekonomi Indonesia yang catatkan pertumbuhan 5,06 persen pada kuartal I 2018 belum sesuai harapan pasar. Sementara itu, bank sentral Amerika Serikat juga akan bersiap naikkan suku bunga pada Juni 2018.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kata Sri Mulyani soal Rupiah Tembus 14.000 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (USD) terus merosot beberapa waktu belakangan. Bahkan pada perdagangan Senin kemarin 7 Mei 2018, rupiah sempat tembus sekitar Rp 14.003 per USD.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, di tengah situasi pelemahan rupiah yang terus terjadi, pemerintah bersama Bank Indonesia akan berupaya menjaga kondisi ekonomi dalam keadaan stabil.

"Kita akan terus bersama sama Bank Indonesia dan seluruh kementerian akan menjaga kinerja dan fondasi Indonesia," ujar Sri Mulyani di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin malam (7/5/2018).

Sri Mulyani menjelaskan, pelemahan rupiah terjadi karena sentimen pasar menyikapi berbagai kebijakan Amerika Serikat. Termasuk kenaikan suku bunga acuan Negeri Paman Sam tersebut.

"Dalam situasi di mana pasar saat ini sedang melakukan penyesuaian karena adanya pertama perubahan di dalam kebijakan pemerintah Amerika setiap data dan kenaikan suku bunga yang terjadi di Amerika Serikat pasti menunjukkan dampak di seluruh dunia," jelasnya.

"Maka dalam situasi seperti ini kita akan terus menjaga perekonomian Indonesia, fondasi kita perkuat kinerja kita perbaiki sehingga apa yang disebut sentimen market itu relatif bisa netral terhadap Indonesia," dia menambahkan.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menambahkan, dari sisi pengelolaan fiskal, defisit Indonesia masih terus terjaga. Sementara dari sisi pembayaran dan ekspor Indonesia masih memiliki kinerja yang baik.

"Saya ingin tegaskan bahwa pengelolaan dari sisi fiskal kita, defisit tetap terjaga. Dari sisi neraca pembayaran kita tetap bagus, ekspor kita memiliki pertumbuhan yang cukup baik dan juga pertumbuhan ekonomi kita juga cukup bagus inflansi kita rendah," tandasnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.