Sukses

Perkuat Industri Pertahanan, RI Gandeng Ceko

Ceko merupakan mitra dagang Indonesia terbesar keempat di kawasan Eropa Tengah dan Timur setelah Rusia, Ukraina dan Polandia.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Ceko siap melakukan kerja sama bilateral untuk penguatan di industri pertahanan. Kesepakatan tersebut merupakan hasil pertemuan antara Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto dengan Wakil Menteri Luar Negeri Republik Ceko, Martin Tlapa.

“Pengembangan di industri pertahanan dapat memacu sektor terkait lainnya seperti industri komponen, industri baja dari hulu sampai hilir termasuk stainless steel yang akan terserap dalam proses produksi,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (2/5/2018).

Menurut Airlangga, kedua negara memiliki potensi besar untuk menjalin hubungan yang lebih erat, terutama di sektor industri. Untuk industri pertahanan khususnya di bidang alat utama sistem persenjataan (alutsista), Indonesia memiliki prospek pasar dan daya saing cukup baik.

Misalnya, PT Pindad (Persero) yang telah mumpuni dalam merancang dan membuat kendaraan tempur, persenjataan, dan amunisi.

“Penguatan daya saing alutsista pertahanan nasional semakin dipacu melalui kegiatan penelitian, pengembangan dan rekayasa yang dilakukan kerja sama antara Kementerian Perindustrian dengan Tentara Nasional Indonesia,” jelas dia.

Dia mengungkapkan, Ceko memandang RI menjadi mitra yang penting karena letaknya sangat strategis dengan jumlah penduduk yang besar. Sehingga, memainkan peranan penting dalam menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan Asia Tenggara khususnya serta Asia Pasifik pada umumnya.

“Di samping itu, Ceko melihat Indonesia berperan aktif dalam kerja sama regional seperti ASEAN, APEC dan ASEM,” lanjut dia.

Sedangkan bagi Indonesia, kata Airlangga, Ceko juga berperan penting dalam menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan Eropa Tengah. “Selain industri pertahanan, sektor lainnya yang potensial untuk disinergikan antara lain industri gelas dan keramik, serta industri pesawat terbang,” kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mitra Dagang

Ceko merupakan mitra dagang Indonesia terbesar keempat di kawasan Eropa Tengah dan Timur setelah Rusia, Ukraina dan Polandia.

Pada periode 2010-2015, total nilai investasi Ceko di Indonesia mencapai US$ 34,35 juta. Sedangkan, periode 2016-2017, investasi Ceko di sektor manufaktur mencapai US$ 499,5 ribu untuk tiga proyek yang meliputi industri logam dasar, barang logam, serta mesin dan elektronik.

Saat ini, Indonesia tengah memacu pertumbuhan ekonomi nasional dengan menggenjot sektor industri manufaktur. Salah satu yang menjadi andalan adalah industri baja.

Industri ini dikategorikan sebagai sektor induk (mother of industry) karena produknya merupakan bahan baku utama yang diperlukan bagi kegiatan manufaktur di sektor lainnya.

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengakselerasi pembangunan klaster industri baja di Batulicin, Kalimantan Selatan dengan target produksi mencapai 6 juta ton baja per tahun.

Selanjutnya, klaster industri baja di Cilegon, Banten dengan target produksi sebesar 10 juta ton baja pada 2025, serta klaster di Morowali, Sulawesi Tengah yang akan memproduksi stainless steel hingga 3,5 juta ton pada 2020.

“Dengan produksi industri baja nasional saat ini mencapai 8 juta ton per tahun, menempatkan Indonesia di peringkat ke-6 di Asia sebagai produsen baja kasar. Apabila produksi stainless steel tercapai 4 juta ton per tahun, Indonesia akan menjadi produsen ke-2 terbesar di dunia atau setara dengan produksi di Eropa,” papar dia.‎

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.