Sukses

Warga Girang PLN Terangi Desa Tiwei di Kalimantan Selama 24 Jam

PT PLN akan menuntaskan target menerangi seluruh desa di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara pada 2018.

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) terus berupaya menigkatkan rasio elektrifikasi hingga ke pelosok Tanah Air, termasuk di Kalimantan. Hingga April 2018, PLN telah melistriki 1.503 desa di Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Utara (Kaltara) sehingga rasio elektrifikasi desa di kedua provinsi tersebut sudah mencapai 100 persen. 

“Saat ini PLN sedang memperluas jaringan listrik supaya distribusi kewarga desa menjadi lebih merata", ujar General Manager PLN Wilayah Kaltimra, Riza Novianto Gustam dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu (29/4/2018). 

Sejak Oktober 2017, PLN mulai menanam tiang listrik di Desa Tiwei. Selanjutnya membangun Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 8,9 kms (kilometer sirkit) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sepanjang 3.68 kms dengan tiga gardu distribusi. Nilai investasi yang digelontorkan PLN untuk proyek listrik desa ini sebesar Rp 4,9 miliar. Saat ini, tersisa 1 kms jaringan kabel lagi.

"Dengan sisa penarikan sebesar 1 kms, artinya sudah 85 persen lebih jaringan PLN siap. Jika semuanya lancar, jaringan listrik di Desa Tiwei bisa mulai operasi Mei nanti," Riza menambahkan. 

Upaya melistriki Desa Tiwei cukup menantang. Material kelistrikan dalam proyek ini diangkut dengan kapal dari Balikpapan menuju Kabupaten Paser. Pengangkutan dilanjutkan melalui jalur darat melewati Kabupaten Penajam dan Kecamatan Long Ikis hingga tiba di Desa Tiwei dengan waktu tempuh kurang lebih tujuh jam.

Jalur darat yang dilalui hingga sampai ke Desa Tiwei melewati medan yang cukup sulit, karena jalan utama masih terbuat dari tanah. Apabila hujan tiba, jalanan ini akan sulit dilalui. Tak jarang pula truk pengangkut material terjebak pada genangan lumpur sehingga menghambat proses pengangkutan material hingga ke lokasi proyek. 

“Kami berupaya maksimal untuk merampungkan proyek listrik pedesaan baik di Kaltim maupun Kaltara. Hal ini untuk mewujudkan pemerataan listrik ke desa-desa, agar pada akhir 2018, proyek listrik desa dapat 100 persen terselesaikan. Listrik akan meningkatkan kualitas hidup warga dan menumbuhkan geliat ekonomi desa,” jelas Riza.

Suplai listrik untuk warga Desa Tiwei nantinya dipasok dari Sistem Kelistrikan Barito (sistem kelistrikan yang menyuplai listrik untuk Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah), juga di backup PLTD Long Ikis yang berjalan dengan sistem isolated dengan daya mampu 3,4 MW. Beroperasinya listrik Desa Tiwei akan berpotensi menambah jumlah pelanggan hingga lebih dari 200 pelanggan dengan daya tersambung mencapai 270 kVa untuk satu desa.

Tak hanya Desa Tiwei, upaya pemerataan jaringan listrik pedesaan juga dilakukan di daerah lainnya di Kalimantan Timur, antara lain beberapa desa Kutai Kartanegara, Kutai Timur, dan Kutai Barat. Sementara di Kalimantan Utara progres listrik pedesaan sedang berjalan di Nunukan dan Tulin Onsoi. 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cerita Warga Desa Tiwei

Daso (65) mengusap mandau, senjata tajam sejenis parang yang berasal dari kebudayaan Dayak di Kalimantan. Bisa jadi ini adalah karya terakhir yang dikerjakannya sejak petir merusak genset di rumahnya Februari lalu.

Pengrajin Mandau di Desa Tiwei, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur ini dulunya berkebun untuk menafkahi keluarga. Namun memasuki usia senja, dirinya memilih berkarya di rumah, sekaligus meneruskan tradisi keluarga yang pernah putus beberapa generasi.

Melalui keuletannya, Daso bisa menjual senjata tradisional ini mulai Rp 350 ribu hingga Rp 700 ribu, tergantung tingkat kesulitan. Karyanya pun dikenal hingga ke Bali.

“Sejak genset rusak, saya tidak bisa bikin mandau lagi, karena butuh listrik untuk menyalakan bor, gerinda, dan blower. Tapi sebentar lagi listrik nyala, karena PLN sudah masuk Desa,” ungkap Daso sambil melirik tiang listrik di depan rumahnya.

Sementara itu, Pemuka Agama setempat, Ahmad Zainal Abidin (54) pun bersyukur karena listrik akan masuk ke desanya. 

“Kami sangat sangat senang karena listrik akan segera masuk desa. Selama 21 tahun saya tinggal di sini, kami belum merasakan listrik 24 jam. Kalau malam, biasanya anak-anak belajar mengaji dengan lampu teplok. Kami harap listrik PLN bisa meningkatkan taraf hidup kami,” ujarnya. 

Saat ini, warga Desa Tiwei masih mengandalkan sumber listrik melalui genset milik desa dan milik pribadi, di mana distribusinya masih belum merata kepada seluruh warga. Mereka pun harus merogoh kocek cukup besar.

“Kami bisa habis Rp 600 ribu sebulan hanya untuk menyalakan genset. Itu pun belum 24 jam. Kalau sudah ada listrik PLN tentu lebih murah dan kami bisa menjalankankan bisnis lain, seperti fotokopi misalnya,” jelas Sri Samiati (40), warga Desa Tiwei.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.