Sukses

Imbal Hasil Obligasi AS Naik Bikin Bursa Asia Merosot

Kekhawatiran inflasi juga meningkat akibat kenaikan harga minyak dan komoditas dalam beberapa pekan terakhir, yang turut mempengaruhi Bursa Asia.

Liputan6.com, Tokyo Bursa Asia tergelincir di tengah penguatan Dolar Amerika Serikat (AS), dipicu utang pemerintah AS dan momok inflasi serta defisit fiskal yang lebih tinggi mendorong biaya pinjaman AS mendekati level tertinggi empat tahun.

Melansir laman Reuters, indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,25 persen. Indeks Nikkei Jepang naik 0,7 persen karena jatuhnya yen.

Harga obligasi atau utang AS jatuh selama empat hari terakhir, mendorong imbal hasil treasury 10 tahun menjadi 2,998 persen, level tertinggi sejak Januari 2014.

"Ini karena kekhawatiran tentang inflasi, kenaikan harga minyak dan juga kondisi fiskal AS," kata Hiroko Iwaki, Ahli Strategi Senior Mizuho Securities, yang mencatat defisit anggaran AS diperkirakan mencapai USD 1 triliun tahun depan.

Pasar obligasi menguat mencapai total USD 96 miliar. Ini karena Departemen Keuangan AS telah meningkatkan pinjamannya menyusul perbaikan pajak besar-besaran pada tahun lalu dan perjanjian anggaran dua tahun yang dicapai pada Februari.

Sementara kekhawatiran akan inflasi juga meningkat akibat kenaikan harga minyak dan komoditas dalam beberapa pekan terakhir.

Investor prihatin bahwa inflasi AS, melemah sejak krisis keuangan berlangsung satu dekade lalu. Ini bisa mendapatkan momentum karena pemotongan pajak Presiden Donald Trump tahun ini yang diprediksi bisa merangsang ekonomi AS.

Sebelumnya, Wall Street sedikit berubah dipicu kenaikan imbal hasil obligasi mengimbangi optimisme pada pendapatan perusahaan.

Analis memperkirakan pertumbuhan laba perusahaan pada indeks S&P 500 hampir mencapai 20 persen pada kuartal pertama, yang menunjukkan posisi terkuat dalam tujuh tahun, menurut data Thomson Reuters.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mata Uang dan Komoditas

Adapun mata uang Euro jatuh ke posisi USD 1,2198, level terendah sejak 1 Maret, ketika Trump mengumumkan tarif baja dan aluminium. Mata uang ini terakhir diperdagangkan pada posisi USD 1,2208.

Terhadap Yen, Dolar melonjak menjadi 108,755, naik hampir 1,0 persen pada hari sebelumnya untuk mencapai level tertinggi dalam sepuluh minggu.

Greenback juga menguat terhadap mata uang negara berkembang, mencapai posisi tertinggi tiga bulan.

Adapun harga minyak naik karena investor khawatir sanksi Amerika Serikat terhadap Iran bisa mengurangi pasokan minyak dunia. Harga minyak dunia sempat jatuh di awal perdagangan, dipicu kekhawatiran bahwa kelebihan pasokan bisa kembali terjadi.

Harga minyak mentah Brent ditutup naik 65 sen, atau 0,9 persen, menjadi USD 74,71 per barel, setelah jatuh ke posisi USD 73,13. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS juga naik 24 sen menjadi USD 68,64 per barel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagai dalam pe

    Saham

  • Bursa Asia