Sukses

Trump Kritik OPEC, Harga Minyak Menguat Tipis

Harga minyak dunia menguat tipis usai alami tekanan karena kritik Presiden AS Donald Trump terhadap peran OPEC

Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia menguat tipis usai alami tekanan karena kritik Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap peran OPEC untuk mendorong kenaikan harga minyak global.

Harga minyak Brent naik 28 sen atau 0,4 persen ke posisi USD 74,06 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni naik tujuh sen menjadi USD 68,40.

"Sepertinya OPEC lagi. Dengan catatan pasokan minyak di semua tempat termasuk kapal-kapal penuh di laut, harga minyak secara artifisial sangat tinggi. Tidak bagus dan tidak akan diterima," ujar Trump dalam tweetnya, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (21/4/2018).

Sejak awal 2017, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya telah membatasi produksi minyak dengan harapan menghilangkan kelebihan pasokan minyak global.

"Harga bertahan bahkan saat dibayangi komentar Trum. Minyaknya sepertinya ingin eksplorasi sedikit lebih banyak," ujar Walter Zimmerman, Analis United-ICAP.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo menuturkan, pihaknya tidak memiliki tujuan harga yang dicapai. Akan tetapi, langkah dilakukan berfungsi untuk memulihkan stabilitas harga minyak.

Pada awal pekan ini, harga minyak Brent dan WTI mencapai level tertinggi sejak November 2014 pada posisi USD 74,75 dan USD 69,56 per barel. Ini didukung oleh risiko geopolitik dan pengetatan pasokan. Pada pekan ini, harga minyak acuan tersebut menguat lebih dari satu persen.

"Satu-satunya (Trump) yang benar-benar dapat dilakukan adalah menguras SPT (strategic petroleum reserve). Sekarang, saya belum melihat indikasi pemerintah berencana melakukan itu. Jika Trump memang mulai membahas kemungkinan menguras cadangan strategis minyak bumi itu akan menekan harga," ujar Yawger.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Sementara itu, Analis Komoditas RBC Capital Markets, Michael Tran menuturkan, pasar memiliki waktu sulit melihat bagaimana OPEC akan berpengaruhi untuk mengubah arah kebijakan. Aksi Trump juga menjadi salah satu faktor mendorong kenaikan harga minyak.

"Salah satu variabel yang dapat memicu reli harga minyak adalah persepsi pasar kalau pemerintahannya ambil sikap semakin agresif terhadap kebijakan luar negeri," ujar dia.

AS memutuskan akan meninggalkan kesepakatan nuklir Iran hingga 12 Mei. Ini akan semakin perketa pasokan global. Sementara itu, jumlah pengeboran minyak di AS bertambah dengan jumlah rig makin meningkat. Jumlah rig menjadi 820, tertinggi sejak Maret 2015.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.