Sukses

Ekonomi China Tumbuh 6,8 persen pada Kuartal I 2018

Ekonomi China tumbuh positif di tengah ketegangan perang dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS).

Liputan6.com, Jakarta - China catatkan ekonomi kuat pada awal 2018. Pertumbuhan ekonomi yang positif terjadi di tengah ketegangan potensi perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).

Pertumbuhan ekonomi China mencapai 6,8 persen pada kuartal I 2018. Tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut sama pada semester II 2017. Kekhawatiran perang dagang tampaknya tidak terlalu pengaruhi China. Sejak awal 2018, kekhawatiran perang dagang antara AS dan China meningkat tajam. Hal itu seiring kedua negara saling mengumumkan rencana menerapkan tarif impor baru. Akan tetapi, ancaman tarif impor tidak mempengaruhi kegiatan ekonomi.

Pada Maret 2018, Pemerintah China mengatakan, kalau pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5 persen sepanjang 2018. Tingkat pertumbuhan ekonomi itu akan membuat iri negara maju seperti AS. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi tersebut lebih rendah dari 2017 sebesar 6,9 persen.

Keadaan akan semakin sulit bagi China. Selain potensi kekhawatiran akibat perang dagang dengan AS, China hadapi tekanan dari upaya pemerintah untuk mengurangi risiko sistem keuangan dan menutup pabrik yang tidak efisien dan berpolusi.

"Kami pikir perlambatan lebih lanjut pada China sebelum akhir tahun," ujar Julian Evans-Pritchard, Ekonom Senior Capital Economics.

Sementara itu, Ekonom Macquaire Larry Hu menuturkan, pertumbuhan ekspor China berada di puncak pada kuartal I 2018. Kemudian akan melambat dalam beberapa bulan mendatang.Dia mengatakan, mata uang China yuan naik sembilan persen terhadap dolar Amerika Serikat selama setahun terakhir menjadi salah satu alasan.

Penguatan yuan membuat barang-barang China menjadi makin mahal untuk importer asing. "Ekspor China juga akan terpukul jika ekonomi global melambat pada akhir tahun 2018," kata Hu.

Sebelumnya, analis dan pejabat pemerintah China selama bertahun-tahun meragukan akurasi data ekonomi China. Beberapa ekonom menggunakan berbagai sumber informasi lain yaitu output listrik dan pengiriman barang yang dapat hasilkan penilaian independen terhadap kinerja ekonomi China.

Indikator itu dinilai sering tidak cocok dengan angka pemerintah.“Angka pertumbuhan ekonomi resmi perlu diambil dari seluruh indikator karena mereka stabil dalam beberapa tahun terakhir. Saya pikir ekonomi China sebenarnya tumbuh hanya 4,8 persen pada kuartal I,” ujar Evans-Pritchard.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Presiden China Xi Jinping Janji Bikin Ekonomi China Lebih Terbuka

Sebelumnya, Presiden China Xi Jinping berjanji membuat fase baru untuk ekonomi China. Ia akan membuat ekonomi China menjadi lebih terbuka.

Hal itu termasuk akan menekan tarif impor untuk otomotif, mengurangi kewajiban produk lainnya, dan menegakkan hukum kekayaan intelektual bagi perusahaan asing dan meningkatkan lingkungan ramah investasi bagi perusahaan global.

Xi Jinping mengemukakan hal tersebut dalam Forum Boao, sebuah KTT tahunan yang dijuluki “Davos Asia”. Pernyataan Xi Jinping tersebut dikemukakan di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat (AS).Dalam pidatonya, Xi mengatakan, China akan berinisiatif untuk memperluas impor pada 2018. China juga akan impor produk yang dibutuhkan masyarakat.

"China tidak mencari surplus perdagangan. Kami ingin meningkatkan impor dan mencapai keseimbangan neraca transaksi berjalan,” ujar Xi, seperti dikutip dari laman CNBC, Selasa 10 April 2018.

Selain itu, ia menggambarkan kalau negara lain menganggap China memberlakukan perdagangan tidak adil.“Kami berharap negara maju akan berhenti memaksakan pembatasan perdagangan normal dan wajar dari produk teknologi tinggi. Selain itu, santai hadapi ekspor perdagangan dengan China,” kata dia.

Xi juga mengatakan kalau China sebagai pemimpin ekonomi global yang baik menekankan sistem terbuka merupakan tindakan terbaik bagi dunia. "Kami harus menahan diri dari mencari dominasi dan menolak permainan zero-sum. Kami harus menahan diri dari mengemis tetangga dan menolak politik kekuasaan atau hegemoni sementara yang kuat dan menindas yang lemah,” kata Xi.

Sebaliknya, negara-negara harus tetap berkomitmen untuk membuka konektivitas dan saling menguntungkan. Serta membangun ekonomi global yang terbuka dan memperkuat kerja sama G20, APEC dan kerja sama multilateral lainnya.

"Kami harus promosi investasi liberal dan fasilitas, mendukung sistem perdagangan multilateral. Dengan cara ini, membuka globalisasi ekonomi, lebih terbuka, inklusif, seimbang dan bermanfaat bagi semua,” tambah dia.

Xi pun menekankan untuk meningkatkan penegakan hukum yang relevan terkait kekayaan intelektual. “Kami mendorong pertukaran teknologi yang normal, kerja sama antara perusahaan China dan asing serta melindungi kekayaan intelektual yang sah yang dimiliki perusahaan asing di China,” ujar Xi.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.