Sukses

Harga Emas Akan Berkilau, Perang Dagang AS-China Masih Jadi Pendorongnya

Data tenaga kerja yang mengecewakan akan melemahkan dolar AS sehingga mendorong kenaikan harga emas.

Liputan6.com, Jakarta - Para analis memperkirakan harga emas pada pekan ini akan kembali naik. Penyebab kenaikan harga emas adalah kekhawatiran perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Pada pekan lalu, harga emas terombang-ambing karena beberapa sentimen. Pertama adalah kekhawatiran perang dagang dan kedua adalah data tenaga kerja yang tidak begitu bagus.

Mengutip Kitco, Senin (9/4/2018), 14 analis dan ekonom terlibat dalam survei yang diadakan oleh Kitco. Hasilnya, delapan responden atau 57 persen memperkirakan harga emas akan naik pada pekan ini. Sedangkan dua pemilih atau 14 persen menyatakan harga emas akan jatuh.

Di luar itu, empat orang atau 29 persen menyatakan harga emas akan mendatar.

"Data tenaga kerja yang mengecewakan akan melemahkan dolar AS. Dampaknya tentu saja akan memberikan tenaga kepada harga emas," jelas analis senior Price Futures Group Phil Flynn.

Ia melanjutkan, masalah geopolitik juga akan membayangi harga emas. Rusia dan negara-negara barat saling menjatuhkan sanksi. "Terkadang ketika dunia menjadi gila, harga emas menjadi lebih baik," kata dia.

Managing Director RBC Wealth Management George Gero juga mengatakan bahwa emas akan lebih berkilau. "Masalah perang datang antara AS dengan China masih menjadi pendorong," kata dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Emas Pekan Lalu

Pada pekan lalu,  harga emas di pasar Spot naik 0,5 persen menjadi USD 1.332,11 per ounce. Di awal perdagangan, harga emas jatuh ke sesi rendah USD 1.321,16, terendah sejak 21 Maret.

Adapun emas berjangka AS untuk pengiriman Juni ditutup naik 0,6 persen menjadi USD 1.336,10 per ounce. Harga emas di pasar spot naik 0,6 persen sejak Jumat lalu.

Wall Street jatuh, dengan Dow turun lebih dari 450 poin, setelah Trump mengancam kembali untuk mengenakan tarif impor terhadap China senilai USD 100 miliar. Ancaman ini kemudian dibalas Beijing yang menjanjikan adanya serangan balik yang lebih sengit.   

Kejatuhan harga saham menyeret dolar terhadap yen dan euro. Hal penekan Dolar adalah data yang menunjukkan perekonomian AS pada Maret menciptakan pekerjaan paling sedikit dalam enam bulan. Hal ini kemungkinan mendorong Federal Reserve untuk lebih lambat menaikkan suku bunga.    

Harga emas terus berfluktuasi seiring munculnya kekhawatiran perang perdagangan antara AS-Cina. "Kami kembali ke skenario risk-off hari ini, tapi tetap saja terjebak dalam kisaran perdagangan antara USD 1.300 dan USD 1.360," kata RobHaworth, Ahli Strategi Investasi Senior U.S. Bank WealthManagement.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini