Sukses

Harga Minyak Jatuh 2 Persen karena Peningkatan Produksi Rusia

Harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan dunia turun USD 1,70 atau 2,5 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun lebih dari dua persen pada penutupan perdagangan Senin. Penurunan harga minyak ini karena peningkatan produksi Rusia dan ekspektasi bahwa Arab Saudia akan memangkas harga minyak mentah yang dikirim ke Asia.

Mengutip Reuters, Selasa (3/4/2018), harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan dunia turun USD 1,70 atau 2,5 persen menjadi menetap di USD 67,64 per barel. Angka tersebut merupakan level terendah sejak 21 Maret.

Sedangkan untuk harga minyak mentah AS kehilangan USD 1,93 atau 3 persen dan menetap di USD 63,01 per barel, merupakan level terendah sejak 20 Maret.

Pemotongan produksi oleh negara-negara yang tergabung dalam organisasi eksportir minyak (OPEC) dan beberapa negara lain di luar OPEC seperti Rusia mendorong kenaikan harga minyak pada tahun lalu.

Namun berdasarkan data resmi menunjukkan bahwa produksi minyak Rusia pada Maret kemarin mengalami kenaikan menjadi 10,97 juga barel per hari dari 10,95 juta barel per hari pada Februari.

Kenaikan produksi Rusia tersebut memberikan ketakutan tersendiri kepada pelaku pasar akan kesepakatan pemangkasan produksi.

Sentimen lain mendorong penurunan harga minyak adalah Arab Saudi yang diperkirakan akan memangkas harga untuk semua minyak mentah yang dijualnya ke Asia pada bulan Mei untuk mencerminkan harga yang lebih lemah.

"Ada spekulasi bahwa Saudi akan menurunkan harga untuk pelanggan Asia mereka," kata Bob Yawger, Direktur Mizuho New York.

"Itu sebenarnya bukan hal yang patut seharusnya dilakukan ketika ingin mengurangi produksi.” tambah dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perang Dagang

Sentimen lainnya yang juga mendorong pelemahan harga minyak adalah eskalasi perselisihan antara ekonomi terbesar dunia, China menaikkan tarif hingga 25 persen pada 128 produk AS.

"Meningkatkan gesekan perdagangan antara China dan AS kemungkinan akan mengguncang pasar global dan menodai sentimen bullish di pasar minyak mentah," kata Wang Xiao dari Guotai Junan Futures.

China mengumumkan tarif impor barang hingga 25 persen dari AS. China mengenakan tarif baru untuk 128 produk termasuk daging, buah, dan produk dari ritel AS. Langkah ini sebagai respons atas AS mengenakan tarif impor baru untuk aluminium dan baja AS.

Adapun pengenaan tarif impor barang dari AS tersebut dapat mencapai USD 3 miliar. Hal itu meningkatkan kekhawatiran potensi perang dagang antara AS dan China.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.