Sukses

Harga Minyak Dunia Naik Bertahan di Atas USD 70 per Barel

Kondisi geopolitik dan ekspektasi terjadinya pengendalian pasokan oleh eksportir dunia telah membantu mendorong harga minyak Brent berada di atas USD 70 tahun ini

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia naik, bertahan di atas USD 70 per barel untuk hari ketiga. Kenaikan terpicu kekhawatiran bahwa ketegangan di Timur Tengah dapat menyebabkan gangguan pasokan. Investor juga masih berhati-hati meskipun terjadinya peningkatan output global.

Melansir laman Reuters, Rabu (28/3/2018), harga minyak mentah berjangka Brent naik 28 sen ke posisi USD 70,40 per barel.  Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 19 sen menjadi USD 65,74 per barel.

Harga minyak telah naik lebih dari 7 persen sejauh ini pada bulan ini dan sebesar 5,3 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini. Ini berada pada jalur kenaikan kuartalan ketiga berturut-turut, sesuatu yang pasar belum saksikan sejak akhir 2010.

Kondisi geopolitik dan ekspektasi terjadinya pengendalian pasokan oleh eksportir dunia telah membantu mendorong harga minyak Brent berada di atas USD 70 tahun ini untuk kedua kalinya sejak akhir 2014. Namun para analis mengatakan kekuatan ini mungkin tidak bertahan lama.

“Kenaikan harga minyak baru-baru ini mungkin telah mengejutkan karena gambaran mendasar yang mendasarinya tidak membenarkan Brent mendekati USD 70. Pandangan ini didasarkan pada fakta sederhana bahwa pertumbuhan pasokan minyak non-OPEC akan mengalahkan kenaikan permintaan minyak global tahun ini,” kata analis PVM Oil Associates Tamas Varga.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kembali Turun

Kekuatan harga minyak mentah dunia beberapa minggu terakhir kembali turun akibat dua faktor. Pertama adalah tingkat output OPEC yang stabil seiring langkah kesepakatan pemotongan pasokan minyak.

Kemudian kedua terkait pengembangan kondisi geopolitik antara lain di Venezuela, Libya dan Iran. Meski di antara negara tersebut, utamanya adalah Iran. 

Amerika Serikat telah mengancam akan menarik diri dari kesepakatan nuklir yang ditandatangani Iran dengan enam negara pada 2015 oleh tenggat waktu yang telah ditetapkan pada bulan Mei.

Kondisi ini meningkatkan kemungkinan bahwa negara ini dapat menjatuhkan sanksi terhadap Teheran dan menghambat ekspor minyak.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak bersama dengan sekelompok produsen non-OPEC yang dipimpin oleh Rusia, telah membatasi produksi sejak Januari 2017 untuk menopang harga.

Kesepakatan itu dijadwalkan akan berlangsung hingga 2018, dan ada dukungan baru-baru ini oleh pemimpin de-facto OPEC, Arab Saudi, untuk memperpanjang pemotongan menjadi 2019.

Di Asia, minyak mentah berjangka Shanghai turun lebih dari 2 persen pada hari kedua perdagangan mereka menjadi 424 yuan ($ 67,85) per barel dari penyelesaian terakhir 433,8 yuan (USD 69,41). (USD 1 = 6,2495 yuan renminbi Cina)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.