Sukses

Mantan Menteri Permukiman Kabinet Gotong Royong Tutup Usia

Kabar duka datang dari industri infrastruktur dan properti nasional.

Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka datang dari industri infrastruktur dan properti nasional. Profesor Soenarno yang adalah mantan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah pada Kabinet Gotong Royong, meninggal dunia pada Selasa dini hari tepatnya pukul 00.45 WIB. Soenarno meninggal pada usia 75 tahun di RS MMC Jakarta.

Dikutip dari keterangan resmi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Selasa (6/3/2018), jenazah akan dimakamkan pada hari ini pukul 13.00 WIB. Almarhum akan dimakamkan di Pamijen Keluarga Astana Banaran, Dusun Talang Sawahan, Desa Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah.

"Seluruh jajaran Kementerian PUPR mengucapkan bela sungkawa yang mendalam semoga amal kebaikan semasa hidupnya diterima di sisi Allah SWT, diampuni segala dosa-dosanya, dianugerahi tempat yang mulia di sisinya dan yang ditinggalkan diberikan ketabahan iman," kata Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Endra Atmawidjaja.

Prof Soenarno lahir di Purwodadi, Jawa Tengah 19 Mei 1942, meraih gelar sarjananya pada tahun 1962 dari Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, meraih gelar Dipl. HE dari IHE Delft, Belanda tahun 1977, lalu meraih Doktor bidang Teknik Sipil dari Columbia Pacific University, Amerika Serikat tahun 1982 dan meraih gelar S3 Program Studi Pendidikan Ekonomi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Malang (Universitas Negeri Malang) pada tahun 1985.

Beliau menjabat Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, Kabinet Gotong Royong di bawah Presiden Megawati Soekarnoputri dan Wakil Presiden Hamzah Haz terhitung sejak 18 Agustus 2001 sampai dengan 21 Oktober 2004.

Beberapa jabatan penting yang diemban beliau sebelum menjadi Menteri antara lain adalah Pemimpin Proyek Bendungan Karang Kates, Proyek Induk Kali Brantas dan Dirjen Sumber Daya Air Kimpraswil.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Karier

Selama berkarier sebagai pegawai negeri sipil hingga menduduki jabatan puncak Kementerian, komitmennya dalam pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah untuk kesejahteraan masyarakat dirasakan manfaatnya.

Sepanjang karier, beliau menerima berbagai penghargaan atas pengabdiannya. Di antaranya, Piagam Penghargaan PELITA II (1980), Satyalancana Pembangunan (1982), Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya 20 Tahun (1995), Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya (1997), Piagam Penghargaan dalam Pengembangan Reformasi Sistem Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar Pekerjaan Umum (1998), dan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun (2000).

Beberapa proyek infrastruktur pada masa kerja Pak Narno, begitu beliau akrab disapa, diantaranya adalah dimulainya pembangunan jalan tol Cikampek Purwakarta Padalarang (Cipularang), dimulainya pembangunan Jembatan Surabaya Madura (Suramadu), peresmian Bendungan Batutegi Lampung dan konservasi Pulau Nipah yang berbatasan dengan Singapura yang sebelumnya terancam hilang.

Pak Narno juga menaruh perhatian besar pada infrastruktur kerakyatan diantaranya membangun sejumlah jembatan yang menghubungkan daerah terpencil. Salah satunya adalah Jembatan Sari di Kabupaten Sragen. Berfungsinya jembatan Sari disambut gembira masyarakat karena sebelumnya menggunakan perahu untuk menyeberangi Sungai Bengawan Solo.

Saat menjabat Menteri Kimpraswil, Pak Narno berperan dalam pembentukan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan dan merintis penyusunan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, termasuk dengan membentuk unit organisasi Direktorat Jenderal Penataan Ruang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.