Sukses

Kenaikan Tarif Impor Baja AS Bayangi Harga Minyak Dunia

Harga minyak mentah masih di bawah tekanan karena kekhawatiran produksi minyak AS cukup tinggi untuk mengimbangi penurunan produksi dari OPEC dan Rusia.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia naik dipicu Wall Street yang turun ke sesi terendah. Namun harga minyak masih berpotensi menuju penurunan mingguan pertamanya dalam tiga minggu dipicu kekhawatiran bahwa rencana AS untuk mengenakan tarif impor baja dan aluminium dapat menekan pertumbuhan ekonomi, di saat persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik.

Melansir laman Reuters, Sabtu (3/3/2018), harga minyak mentah Brent naik 30 sen menjadi US$ 64,13 per barel. Sementara minyak mentah AS naik 16 sen menjadi US$ 61,15.

Kedua kontrak harga minyak tersebut berbalik arah setelah mencatatat perdagangan yang lebih rendah di awal sesi.

"Tarif (baja dan alumunium) membawa kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan mampu mendorong permintaan," kata Gene McGillian, Direktur Riset Pasar Tradition Energy.

Dia mengatakan, harga minyak mentah masih di bawah tekanan karena kekhawatiran produksi minyak AS cukup tinggi untuk mengimbangi penurunan produksi dari OPEC dan Rusia.

Pada hari Kamis, harga minyak juga senada dengan pasar saham yang melemah setelah Presiden Donald Trump mengatakan bahwa dia akan memberlakukan tarif impor untuk melindungi produsen negaranya.

Investor khawatir langkah tersebut akan memicu perang dagang, dengan pembalasan dari mitra utama seperti China, Eropa dan Kanada.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kenaikan Tarif Dikecam

Industri minyak dan gas AS mengecam rencana tarif tersebut, dengan mengatakan hal ini mematikan pekerjaan sektor energi seiring terjadinya kenaikan biaya pada proyek infrastruktur besar.

Pada hari Rabu, pemerintah melaporkan bahwa stok minyak mentah AS USOILC = ECI naik lebih cepat dari perkiraan sementara persediaan bensin membukukan kenaikan yang sangat besar.

"Ini didorong inventori AS dan secara umum pasar bergerak terlalu jauh, terlalu cepat," kata Ric Spooner, analis pasar utama di CMC Markets di Sydney.

Produksi minyak mentah AS tergelincir pada Desember 2017, namun pada  November harga kembali mencapai level tertinggi sepanjang masa di 10.057 juta barel per hari. 

Rencananya, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan bertemu untuk makan malam bersama pada hari Senin di Houston bersama perusahaan asal AS.

Ini menjadi kabar terbaru dari kelompok produsen yang tampaknya ingin memperluas pembicaraan tentang bagaimana cara terbaik untuk menjinakkan harga minyak mentah global.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.