Sukses

Pengembangan Sapi Belgian Blue Butuh Waktu Puluhan Tahun

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) tengah melakukan pengembangan jenis sapi baru di Indonesia, yaitu Belgian Blue. Namun pengembangan sapi ini dinilai membutuhkan waktu yang lama, bahkan hingga ratusan tahun.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf mengatakan, proses pengembangan sapi dengan jenis baru di Indonesia memang tidak mudah. Sebab, butuh waktu hingga 100 tahun agar sapi tersebut bisa tumbuh dan berkembang biak di Indonesia.

"Mungkin bisa 1 generasi. Orang menemukan satu bangsa sapi itu bisa 50 tahun lebih. Bahkan butuh 100 tahun itu menghasilkan satu jenis bangsa sapi yang stabil," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (2/3/2018).

Dia mencontohkan, sapi Peranakan Ongole (PO) yang di bawa saat masa penjajahan Belanda ke Indonesia. Lalu baru 100 tahun kemudian tersebut bisa berkembang biar dengan stabil di dalam negeri.‎‎

"Misalnya sapi saja itu tahun 1800-an, dibawa oleh pemerintah Belanda ke Jawa dan dikawinkan dengan sapi lokal. sekarang sudah stabil dan jadi peranakan ongole. Sumba Ongole juga baru sekian ratus tahun baru stabil," kata dia.

‎Rochadi menyatakan jika niat Kementan dalam mengembangkan sapi jenis baru ini merupaka‎n hal yang positif. Namun tidak bisa diharapkan langsung memberikan hasil dalam waktu singkat.

"Bagus-bagus saja, tapi penelitian memang membutuhkan waktu, tidak bisa instan. Jadi memang tidak bisa sesegara mungkin," tandas dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

1.000 Sapi Belgian Blue

Sebelumnya, Kementan tengah mengembangkan jenis sapi baru di Indonesia yaitu Belgian Blue melalui mekanisme transfer embrio (TE) dan inseminasi buatan (IB). Pengembangan sapi asal Belgia tersebut diharapkan bisa membantu memenuhi kebutuhan daging sapi di dalam negeri.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan, Sugiyono mengatakan, program pengembangan sapi tersebut telah diuji coba pada 2017 dan mulai difokuskan pengembangannya pada 2018 ini.

"Kita sudah uji coba 2017, dilaksanakan 2018 oleh BET (Balai Embrio Ternak) Cipelang dan di 11 UPT Kementan, jadi tidak keluar dulu. Masih di UPT-UPT kita. Baru mulai dilaksanakan dan lahirnya 9 bulan kemudian," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (2/3/2018).

Untuk bisa menjalankan program tersebut, pada tahun ini Kementan melalui BET Cipelang mengimpor 1.000 sperma dan 900 embrio Belgian Blue. Untuk sperma harganya sebesar Rp 450 ribu per dosis atau suntikan dan embrio hampir mencapai Rp 11 juta per embrio.

"Impor 2017 sebenarnya sudah ada. (Tahun ini) Impor 900 embrio, spermanya lebih dari itu," kata dia.‎‎ Menurut Sugiyono, dari pengembangan yang dilakukan saat ini diharapkan ada 1.000 kelahiran anak sapi Belgian Blue pada tahun depan. Sebab, proses TE dan IB hingga menghasilkan anak membutuhkan waktu 9 bulan.

"(Target) 1.000 kelahiran di 2019. Ini baru mulai dilaksanakan dan lahirnya 9 bulan kemudian," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.