Sukses

Harga Bawang Putih dan Bawang Merah Naik di Pasar Benhil

Kenaikan harga bawang merah dan bawang putih dikeluhkan pedagang sayur yang harus menambah modal untuk memasok komoditas tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Selain cabai, kenaikan harga juga terjadi pada komoditas pertanian bawang merah dan bawang putih.

Dari pantauan di Pasar Tradisional Bendungan Hilir (Benhil), Jakarta Pusat, Jumat (23/2/2018), harga bawang putih kating naik dari Rp 20 ribu per kilogram (kg) menjadi Rp 45 ribu per kg.

Sementara bawang merah naik menjadi Rp 35 ribu per kg dari sebelumnya Rp 20 ribu per kg.

Kenaikan harga ini dikeluhkan pedagang sayur, Wiwin (35), yang harus menambah modal untuk memasok komoditas tersebut.

"Bawang putih kating sekarang Rp 45 ribu per kilo, awalnya Rp 20 ribu. Sama, bawang merah juga Rp 35 ribu per kilo dari Rp 20 ribu," ungkap dia.

Kenaikan ini, kata Wiwin, terjadi sebelum Imlek. Penyebabnya curah hujan yang tinggi.

Pedagang lain, Ujang (25), juga mengungkapkan hal yang sama.

"Bawang merah, bawang putih, sama-sama naik. Bawang merah sekarang Rp 25 ribu per kilo, kan awalnya cuma Rp 20 ribu. Kalau bawang putih kating Rp 40 ribu per kilo, dari awalnya Rp 30 ribu," dia menandaskan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lahan Masih Jadi Kendala RI buat Capai Swasembada Bawang Putih

Beberapa hal dinilai masih menjadi kendala Indonesia untuk bisa mencapai swasembada bawang putih yang bisa melepaskan negara ini dari kebijakan importasi. Kendala tersebut salah satunya terkait lahan penanaman yang tidak bertambah signifikan dan menjadi salah satu penyebab produksi tak bisa menutupi kebutuhan di masyarakat.

Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Yeka Hendra Fatika menilai mustahil berharap Indonesia bisa mencapai swasembada bawang putih dalam dua tahun ke depan. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas lahan pertanian bawang putih pada 2016 mencapai 2.407 hektare. Angka ini menurun 6,09 persen dibandingkan lahan bawang putih yang tercatat seluas 2.563 hektare pada 2015.

Sementara aturan wajib tanam importir dinilai belum bisa membuat jumlah lahan tanaman bawang putih naik signifikan. “Kita perlu penambahan sekitar 50 ribu hektarelah. Nah, sekarang pertanyaannya, lahan yang dipakai itu lahan apa? Lahan yang mana?” kata dia, Rabu (14/2/2018).

Yeka menuturkan, bawang putih bukan jenis tanaman yang bisa cukup masif ditanam di negara tropis seperti Indonesia. Beberapa daerah memang cocok untuk menjadi sentra bawang putih, seperti di Lombok Timur-NTB, Temanggung-Jawa Tengah, Magelang-Jawa Tengah, dan di Sumatra Barat.

Sayangnya, di daerah tersebut lahan bawah putih dinilai sudah mendekati batas maksimal penggunaan sehingga cukup sulit memperluas lahan di kawasan tersebut.

Adapun kebutuhan bawang putih kurun 2013 sampai 2017 terus bertumbuh. Rata-rata mencapai 8,78 persen per tahun. Sementara dengan luasan lahan saat ini, produksi bawang putih lokal hanya berada di angka 21,15 ribu ton pada 2016.

Angka ini dinilai jauh di bawah kebutuhan konsumsi nasional berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan) yang rata-rata mencapai 1,63 kilogram per kapita tiap tahun.

Dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa, Indonesia membutuhkan minimal 407,5 ribu ton bawang putih guna memenuhi kebutuhan nasional.

Karena hal itu, kata dia, kebutuhan bawang putih nasional masih harus dipenuhi melalui pasokan impor. 

Sekadar infomasi, berdasarkan data Kementan, total luasan lahan hortikultura untuk sayur mayur tercatat seluas 608,34 ribu hektare (ha) pada 2016. Lahan tersebut didominasi lahan bawang merah 149,64 ribu ha, disusul cabai rawit seluas 136,82 ribu ha.

Sementara luasan lahan bawang putih yang mencapai 2.407 hektare hanya sebesar 0,4 persen dari keseluruhan lahan hortikultura.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.