Sukses

Harga Minyak Dunia Sentuh Posisi Tertinggi dalam 2 Pekan

Harga minyak antara lain dipengaruhi kenaikan saham di Eropa.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia mencapai tingkat tertinggi dalam hampir dua minggu. Harga terangkat pemulihan ekuitas global dan ketegangan di Timur Tengah, di tengah kekhawatiran kenaikan produksi di Amerika Serikat (AS).

Melansir laman Reuters, Selasa (20/2/2018), harga minyak mentah Brent naik 89 sen menjadi US$ 65,73 per barel, usai naik ke level tertinggi dalam 11 hari di posisi US$ 65,75 per barel pada awal sesi.

Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Maret naik 82 sen menjadi US$ 62,50 per barel, setelah sebelumnya naik 1,44 persen ke level tertinggi sejak 7 Februari.

"Pasar saham yang jinak membuat ... seperti juga ketegangan geopolitik di Timur Tengah," kata Commerzbank dalam sebuah catatannya.

Harga minyak antara lain dipengaruhi kenaikan saham di Eropa. Pasar saham global mencatat kenaikan untuk sesi keenam, menyusul aksi jual dipicu kekhawatiran tentang inflasi dan biaya pinjaman yang lebih tinggi.

Sementara ketegangan di Timur Tengah muncul usai Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Minggu bahwa Israel dapat bertindak melawan Iran sendiri, tidak perlu bersama sekutunya di Timur Tengah. Pernyataan ini muncul setelah insiden perbatasan di Suriah mendorong terjadinya konfrontasi langsung di Timur Tengah .

Perdagangan minyak diperkirakan akan lebih lambat dari biasanya pada hari ini karena Bursa AS dan China Daratan yang libur.

Di sisi lain, kenaikan jumlah rig minyak AS menjadi indikator tentang produksi minyak negara ini. AS menambah jumlah rig sebanyak 7 menjadi 798, tertinggi sejak April 2015, menurut laporan mingguan Baker Hughes General Electric.

Itu menandai pertama kalinya sejak Juni bahwa AS menambahkan jumlah rig selama empat minggu berturut-turut, dan angka tersebut membaik dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 597 rig.

Kondisi kenaikan produksi minyak AS membuat usaha Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa produsen lainnya termasuk Rusia untuk mengekang produksi sebesar 1,8 juta barel per hari (bpd) sampai akhir 2018 terganggu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Minyak Menguat Imbas Dolar AS Tertekan

Harga minyak menguat menjelang akhir pekan ini usai bursa saham global bergerak positif. Dolar Amerika Serikat (AS) melemah juga mendukung pemulihan minyak usai tertekan pada pekan lalu.

Harga minyak Brent naik 57 sen atau 0,8 persen ke posisi US$ 64,90 per barel pada pukul 11.17 waktu setempat. Harga minyak acuan ini naik lebih dari tiga persen selama sepekan usai tergelincir lebih dari delapan perseroan pada akhir pekan lalu.

Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menanjak 29 sen ke posisi US$ 61,65. Harga minyak sempat sentuh level tertinggi dalam satu minggu di US$ 61,89. WTI juga mencatatkan keuntungan selama sepekan lebih dari empat persen usai melemah hampir 10 persen pada pekan lalu.

"Bursa saham dan dolar AS menguatkan harga minyak untuk saat ini," ujar Jim Ritterbusch, Presiden Direktur Ritterbush and Associates seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (17/2/2018).

Bursa saham dunia juga mencatatkan keuntungan terbaiknya dalam enam tahun usai selama dua minggu tertekan. Sedangkan dolar AS mencapai titik terendah seak 2014.Indeks dolar AS melemah ke level terendah dalam tiga tahun terhadap sejumlah mata uang.

Dolar AS melemah sering meningkatkan permintaan minyak dan komoditas berdenominasi lainnya.

Sentimen lainnya mendukung harga minyak juga berasal dari pernyataan Menteri Energi Uni Emirat Arab yang mengatakan kalau produsen minyak yang dipimpin Arab Saudi dan Rusia akan merancang kesepakatan mengenai aliansi jangka panjang pada akhir 2018.

Sebelumnya the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan produsen minyak lainnya termasuk Rusia memangkas produksi sebesar 1,8 juta barel per hari untuk menopang harga. Pengaturan tersebut berakhir pada akhir 2018.

Namun lonjakan produksi AS mengimbangi usaha tersebut. Produksi minyak AS mencapai rekor 10,27 juta barel per hari pada pekan ini. The Energy Information Administration menyatakan kalau hal itu membuat AS menjadi produsen lebih besar ketimbang Arab Saudi.

Kesepakatan anggaran AS yang disetujui pekan lalu diharapkan dapat meningkatkan produksi minyak mentah AS. Di sisi lain jumlah rig AS juga melonjak pada pekan lalu ke level tertinggi dalam tiga tahun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.