Sukses

Harga Anjlok, Kementan Borong Gabah Petani Sukabumi

Kementerian Pertanian siapkan anggaran Rp 7 miliar untuk borong gabah petani di Sukabumi.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Sergab Gabah yang terdiri dari Kementan, Bulog dan Bank Rakyat Indonesia (BRI), berinisiatif memborong gabah petani.

Hal ini sebagai langkah stabilkan harga mengingat harga gabah di tingkat petani di Sukabumi anjlok di kisaran Rp 3.800. Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengaku prihatin dengan anjloknya harga gabah di tingkat petani.

"Kasihan petani. Makanya saya instruksikan Kementan dan Tim Sergab seperti membeli gabah petani ini," ujar dia usai kunjungan kerja dalam rangka panen raya di Sukabumi, seperti dikutip dari keterangan tertulis Rabu (7/2/2018).

Amran mengungkapkan, Kementan telah menyiapkan anggaran Rp 7 miliar untuk memborong gabah petani di kota tersebut. Dia juga berharap, untuk nantinya tidak ada lagi harga gabah yang rendah ditingkat petani.

"Setelah ini, tidak boleh lagi ada harga gabah di bawah Rp 3.800. Ini sudah terlalu rendah. Nanti juga saya akan laporkan secepatnya ke presiden," ucap dia.

Total luas lahan panen di Kabupaten Sukabumi pada Januari kemarin adalah sebesar 3.905 hektar (ha). Sedangkan perkiraan panen pada Februari ini seluas 34.938 ha, dan untuk Maret 28.842 ha.

"Dengan produktivitas 58.21 GKG (padi sawah dan ladang) berarti produksi gabah mencapai 22.731 pada Januari, 203.374 Februari, dan 167.889 Maret, dengan total 393.994 ton GKG," ujar dia.

Dia mengatakan, produksi tersebut setara dengan produksi beras pada Januari sebesar 14.775 ton, Februari sebesar 132.193 ton, dan Maret sebesar 109.193 ton. Total keseluruhan adalah sebanyak 256.069 ton beras.

Amran melanjutkan, konsumsi beras per bulan di Kabupaten Sukabumi berdasarkan jumlah penduduknya yang sekitar 2,4 juta jiwa adalah sebesar 271.416 ton per tahun. "Berarti Maret 2018, Sukabumi sudah dapat mencukupi lebih dari setengahnya," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Petani Banyumas dan Cilacap Tolak Impor Beras

Sebelumnya, harga beras dan gabah di Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah, turun menyusul dimulainya panen di sejumlah sentra penghasil padi di kawasan ini.

Rencana pemerintah untuk mengimpor beras ditengarai juga menyebabkan turunnya harga gabah dan beras. Pasalnya, pedagang beras khawatir harga akan anjlok jika beras impor sudah mulai didistribusikan ke pasar-pasar.

Harga gabah kering panen (GKP) sebelumnya mencapai Rp 5.600 per kilogram. Saat ini, GKP turun menjadi Rp 5.300-Rp 5.400 per kilogram. Adapun harga gabah kering giling (GKG) turun dari Rp 6.500 per kilogram menjadi Rp 6.200 per kilogram.

Seorang petani penyewa di Jatilawang, Sarikin, mengatakan turunnya harga gabah ini terjadi sejak akhir Januari atau sekitar sepekan lalu. Bagi dia, turunnya harga ini secara langsung berimbas pada menurunnya keuntungan.

Dari lahan 2.800 meter persegi yang digarap saat ini, Sarikin hanya memperoleh keuntungan Rp 900 ribu. Jika harga makin turun, maka keuntungan semakin berkurang.

"Kami hanya menyewa. Kalau sekarang dengan harga Rp 5.500 saja, keuntungan per sepuluhnya saja kami hanya untung Rp 500 ribu," Sarikin menuturkan, Senin, 5 Februari 2018.

Oleh sebab itu, ia pun menolak beras impor masuk ke Banyumas. Pasalnya, petani sudah mulai panen, sehingga dikhawatirkan menyebabkan harga turun drastis.

"Ya, enggak setuju dengan impor itu. Ya itu pasti merugikan petani kecil. Kami, kan, petani pengecer, bukan petani pemilik lahan," dia menegaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.